Khusyuk adalah capaian terpenting dalam
shalat. Shalat yang khusyuklah yang menjadi kekuatan bagi umat Islam.
Shalat bukan hanya sekedar pelepas hutang
atau penggugur kewajiban. Tetapi shalat merupakan pertemuan hamba dengan Sang Khaliq.
Ketika itulah si hamba mengadu dan bermunajat kepada Rabbnya.
Menurut Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama Dr KH Zakky Mubarok, shalat yang khusyuk bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar. Shalat yang baik mempunyai dampak positif dalam kehidupan.
"Kalau kita sudah bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar, minimal untuk diri kita sendiri, berarti shalat kita sudah bagus," paparnya, akhir pekan lalu.
Menurut Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama Dr KH Zakky Mubarok, shalat yang khusyuk bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar. Shalat yang baik mempunyai dampak positif dalam kehidupan.
"Kalau kita sudah bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar, minimal untuk diri kita sendiri, berarti shalat kita sudah bagus," paparnya, akhir pekan lalu.
Pengertian shalat pun, menurutnya,
dikelompokkan menjadi tiga definisi. Yakni, definisi secara etimologi (bahasa),
secara lahiriah, dan secara batiniah.
Pertama, shalat menurut etimologis, yaitu doa dan pujian. Memang bisa ditelusuri dari bacaan-bacaannya, semuanya adalah pujian dan doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT.
Kedua, shalat dalam artian lahiriah banyak dijabarkan dalam kitab-kitab fikih dan syariah sebagai suatu ibadah yang terdiri dari perbuatan dan ucapan, diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat tertentu.
Pertama, shalat menurut etimologis, yaitu doa dan pujian. Memang bisa ditelusuri dari bacaan-bacaannya, semuanya adalah pujian dan doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT.
Kedua, shalat dalam artian lahiriah banyak dijabarkan dalam kitab-kitab fikih dan syariah sebagai suatu ibadah yang terdiri dari perbuatan dan ucapan, diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat tertentu.
Lalu, shalat secara rohaniah, yakni
menghadapkan wajah kepada Allah SWT dengan menghadirkan hati secara khusyuk
serta dengan penuh keikhlasan yang murni.
“ Itu semua kita lakukan semata-mata untuk
mengharap ridho dari Allah SWT,” tegas Zakky.
Sementara, definisi ahalat yang khusyuk itu, diakuinya, bukan berarti kita tidak ingat apa-apa. Kondisi itu, menurutnya, tidak akan mungkin terjadi.
Sementara, definisi ahalat yang khusyuk itu, diakuinya, bukan berarti kita tidak ingat apa-apa. Kondisi itu, menurutnya, tidak akan mungkin terjadi.
“Khusyuk adalah menghadirkan hati kita,
bahwa di dalam shalat kita sedang berkomunikasi dengan Allah SWT. Begitu kita
ingat yang lain, kita kembali fokus dan kembali menghadirkan hati,” tegasnya.
Misalnya, ketika takbiratul ikhram dan
membaca Allahu Akbar (Allah Maha Besar), maka umat Muslim merasakan keagungan
Allah SWT yang tidak terbatas. Serta benar-benar meresapi makna Allahu Akbar
dan merasakan keagungan Allah SWT yang Maha Besar dari segala sesuatu.
Selain itu, umat Muslim harus memahami
bacaan-bacaan shalat. Ketika mengerti bacaan shalat yang, tentu shalat menjadi
terasa indah sekali.
“Kita akan larut dalam menghayati bacaan
shalat yang indah, sehingga kita merasakan sedang berkomunikasi dengan Allah
SWT,” tegasnya.
Selanjutnya, seorang Muslim juga harus
memahami syarat, rukun, serta sunnah-sunnah di dalam shalat secara baik.
Termasuk tata cara shalat yang diajarkan Rasulullah SAW mengenai shalat.
Kemudian, tunaikanlah shalat itu dengan ikhlas.
“Dimanapun kita shalat, shalat kita itu
tetap sama. Kadang kan ada orang, kalau shalatnya sendiri itu shalatnya
asal-asalan. Kalau shalat dihadapan orang saja, baru shalatnya bagus dan
alangkah khusyuk. Itu berarti shalatnya bukan ikhlas karena Allah, tapi karena
orang lain,” urai Zakky.
Lalu, perlu diciptakan suasana shalat yang
kondusif. Misalkan, menghidari shalat di samping makanan yang sudah terhidang.
Demikian juga handphone yang berpotensi akan berbunyi ketika shalat.
(Da'wah, hidayah, keyakinan, syukur, sabar, takwa)
***republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar