Jumat, 18 Desember 2015

KISAH JIHAD

Alquran sudah mencatat beberapa kisah tentang pemuda. Surah Al Kahfi ayat 18 menceritakan tentang ashabul kahfi. Yaitu, sekelompok pemuda yang beriman kepada Allah menyelamatkan diri dari kaumnya yang menyimpang.
Allah menidurkan mereka di dalam gua selama 309 tahun hingga sampai tiba masa penguasa yang beriman. Kemudian, surah Al Buruj membahas pemuda ashabul ukhdud.
Surah ini menceritakan pemuda yang tegar dalam keimanannya pada Allah. Penguasa yang murka membinasakan kaum beriman dengan menceburkan mereka ke dalam parit berisi api yang bergejolak. 
Pada masa Rasulullah, mayoritas orang yang pertama-tama masuk Islam adalah pemuda. Secara sosio-kultural, fenomena ini berkaitan dengan karakter agama Islam yang revolusioner. Laiknya setiap gagasan besar, ia selalu disambut oleh kaum muda, bukan kaum muda tua yang sudah mapan dengan tradisi.
Pemudalah yang memiliki energi dan semangat untuk menyambut gagasan-gagasan baru. 
Maka, tidak aneh apabila kaum muda yang pertama-tama meyakini Islam dan menjadi ujung tombak gerakan dakwah di Makkah.
Islam memandang pemuda bukan sebagai makhluk setengah dewasa yang labil atau gemar membuang waktu, sebaliknya Islam menaruh harapan besar kepada para pemuda untuk menjadi pelopor.
Para pemuda Muslim generasi awal berkiprah dalam spektrum luas. Rasulullah memetakan potensi tiap-tiap sahabat dengan cermat. Alquran surah At Taubah ayat 122 menyebutkan, tidak sepatutnya mukminin terjun semua ke medan perang. Harus ada sebagian dari mereka yang tinggal untuk memperdalam ilmu pengetahuan keagamaan dan memberi peringatan pada kaumnya.
Itulah yang dilakukan Rasulullah. Sahabat yang memiliki kapasitas memimpin dan bersiasat ditunjuk menjadi panglima perang, sedangkan sahabat yang memiliki minat mendalami ilmu diberi tempat di masjid.
Dalam bidang kemiliteran, tercatat nama Sa’ad bin Abi Waqqash yang masuk Islam ketika berumur 17 tahun. Khalid Muhammad Khalid dalam Biografi 60 Sahabat Rasulullah menulis, Sa’ad adalah orang pertama yang melepaskan anak panah di jalan Allah. Ia ditunjuk menjadi panglima kaum Muslim di Irak dalam perang melawan Persia pada masa Amirul Mukminin Umar bin Khattab.
Pemuda lainnya, Usamah bin Zaid pada usia 18 tahun dipercaya Rasulullah untuk memimpin pasukan yang di dalamnya ada sahabat-sahabat ternama, seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Pasukannya berhasil dengan gemilang mengalahkan tentara Romawi.
Atab bin Usaid diangkat menjadi gubernur Makkah pada usia 18 tahun. Dua ksatria yang membunuh Abu Jahal dalam perang Badar, Mu’adz bin Amr bin Jamuh dan Mu’awwidz bin ‘Afra, juga masih berusia belasan tahun.
Di bidang keilmuan, ada Zaid bin Tsabit, pemuda Anshar yang masuk Islam pada usia sebelas tahun. Pada masa Perang Badar dan Uhud, dengan semangatnya Zaid pernah memohon diizinkan berperang, namun ditolak oleh Rasulullah karena masih terlalu kecil. Ia baru dizinkan berperang pada masa Perang Khandaq tahun 5 Hijriyah.
Kecerdasan Zaid membuat pemuda ini dipercaya menjadi penulis wahyu oleh Rasulullah. Ia mampu menguasai berbagai bahasa dalam tempo singkat. Pada masa kodifikasi Alquran, Khalifah Abu Bakar pertama kali menunjuk Zaid untuk menghimpun ayat-ayat Alquran. 
Ada pula Abdullah bin Mas’ud, salah satu assabiqunal awwalun yang dikaruniai kepandaian dalam membaca Alquran. Dengan berani, berulang kali Ibnu Mas’ud membacakan ayat-ayat Alquran di hadapan pemuka Quraisy yang tengah berkumpul di Kabah.
Kaum Quraisy langsung berang dan menghajarnya, namun tidak membuat Ibnu Mas’ud surut. Dia merupakan satu dari empat orang yang kepadanya umat diwasiatkan untuk mempelajari Alquran. 
Mu’adz bin Jabal juga masih berusia muda saat memeluk Islam di tangan Mus’ab bin Umair. Rasulullah memujinya sebagai orang yang paling mengetahui tentang halal dan haram. Anas bin Malik juga masih berusia 10 tahun saat menjadi pelayan Rasululah. Ia termasuk salah satu sahabat yang banyak meriwayatkan hadis dari Rasululah. 
Kemudian sepupu Rasulullah, Ibnu Abbas, masih berusia sangat muda saat menjadi rujukan para sahabat dalam memahami Alquran. Ibnu Abbas mendapat pendidikan langsung dari Rasulullah.
Oleh Umar bin Khattab, Ibnu Abbas sejak awal telah diikutkan dalam musyawarah para pembesar Madinah. Ketika para sahabat senior protes dan bertanya mengapa anak kecil itu diikutkan, Umar menunjukkan bahwa kapasitas keilmuan Ibnu Abbas memang pantas ada di sana. 
Duta pertama yang dikirim Rasulullah juga berasal dari golongan pemuda adalah Mus’ab bin Umair, seorang pemuda kaya, rupawan, dan terpandang di Makkah. Ia rela meninggalkan keluarga, kemewahan, dan kehormatan di tengah kaumnya demi Islam.
Mus’ab adalah duta pertama dalam sejarah Islam. Ia diminta Rasulullah mengajar Alquran kepada penduduk Madinah. Ketika itu, di antara sahabat Rasulullah sebenarnya masih ada beberapa sahabat yang lebih tua dan lebih berkedudukan, tetapi Rasulullah punya pertimbangan sendiri mengutus Mus’ab. 
“Mus’ab menyadari bahwa dirinya hendak menangani persoalan yang paling besar saat itu. Ia bertanggung jawab dalam menentukan masa depan Islam di Madinah yang tak lama kemudian menjadi Darul Hijrah, titik pusat dakwah dan para dai,” tulis Khalid Muhammad Khalid.
(Da'wah, hidayah, hikmah, keyakinan, sabar, syukur, takwa, )

***)Republika.Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar