Kamis, 22 Oktober 2015

SPIRIT DARI PERISTIWA HIJRAH

Umat Islam kembali memperingati Tahun Baru Islam 1437 Hijriyah pada 14 Oktober 2015. Sebagaimana kita ketahui, puncak kejayaan Islam dimulai sejak Nabi Muhammad SAW hijrah dari Makkah ke Madinah.
Di kota inilah Nabi dan para sahabatnya (muhajirin) disambut luar biasa oleh penduduk asli Madinah (anshar). Dari kota ini pula dakwah Islam berkembang pesat melewati batas toritorial wilayah Arab.
Masyarakat Madinah yang awalnya hidup dalam suasana kesukuan, diskriminatif, primordial, eksklusif, dan penuh permusuhan dalam waktu relatif singkat mampu diubah oleh Rasulullah SAW menjadi masyarakat yang egaliter, penuh cinta kasih, terbuka, toleran, inklusif, serta memiliki semangat membantu dan berbagi (QS al-Hasyr [59]: 9).
Dengan demikian, peristiwa hijrah merupakan titik balik (centre point) bagi perkembangan Islam dan titik awal bagi (entry point) bagi pembentukan masyarakat madani (civil society). Maka tidak mengherankan manakala Khalifah Umar menjadikan peristiwa hijrah tersebut sebagai awal perhitungan kalender Islam, yang kemudian dikenal dengan Tahun Baru Hijriyah.
Jauh sebelum Nabi Muhammad SAW lahir, beberapa Nabi sebelumnya (Nabi Musa, Ibrahim, dan Yusuf) juga telah melakukan hijrah dengan meninggalkan tempat kelahirannya menuju tempat yang baru. Hijrah mereka lakukan untuk mendapatkan suasana kehidupan yang lebih baik terutama bagi kepentingan dakwah.
Dalam dunia modern, banyak masyarakat yang melakukan hijrah. Mereka pindah dari daerah asalnya menuju tempat yang baru (migrasi), hijrah dari desa yang satu ke desa yang lain, dari kota yang satu ke kota yang lain, bahkan dari negara yang satu ke negara yang lain. Itulah yang kemudian melahirkan konsep migrasi, emigrasi, transmigrasi.
Orang hijrah disebabkan atau didorong berbagai sebab atau niat (motivasi). Ada yang karena faktor ekonomi, dakwah, keamanan, ikut keluarga, dan lain sebagainya. Nabi Muhamaad SAW mengatakan, "Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; barang siapa niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan." (HR Bukhari). Meski pada prinsipnya hijrah dilakukan karena ingin mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Rasulullah SAW bersabda bahwa orang yang hijrah yaitu yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah SWT (HR Abu Dawud). Beliau juga ditanya oleh sahabat, hijrah yang bagaimana yang paling utama? Beliau menjawab, engkau jauhi segala sesuatu yang dibenci Tuhanmu (HR Ahmad).
Alquran menjelaskan, orang yang berhijrah akan mendapatkan rahmat, ampunan Allah, nikmat yang mulia, mendapatkan derajat yang tinggi serta memperoleh kemenangan (QS al-Baqarah [2]: 218; QS al-Anfal [8]: 74; dan QS at-Taubah [9]: 20). Spirit hijrah sebagaimana dijelaskan adalah bagaimana meninggalkan berbagai keburukan menuju kebaikan, melakukan hal yang lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Kalau kita perhatikan kondisi umat Islam sekarang, sungguh sangat memprihatinkan. Konflik di antara umat dan negara Islam luar biasa. Apa yang terjadi di Timur Tengah sungguh menjadi catatan kelam bagi sejarah perkembangan Islam.
Negara-negara Islam yang seharusnya melakukan peran menciptakan kondisi kehidupan yang damai, aman, nyaman, dan tenang justru terlibat konflik berkepanjangan. Akibatnya, banyak masyarakat tidak berdosa menjadi korban, ada yang meninggal dan banyak dari mereka terusir dari negaranya menjadi pengungsi. Bahkan, kasus pengungsi dari Timur Tengah sekarang khususnya dari Suriah merupakan kasus pengungsi terbesar setelah Perang Dunia II.
Oleh karena itu, peringatan Tahun Baru Hijriyah 1437 H dapat memberikan spirit bagi umat Islam dan para pemimpin Islam untuk kembali merajut dan memperkokoh ukhuwah Islamiyah serta memperbaiki kehidupan umat di seluruh bidang kehidupan. Dalam konteks Indonesia, peringatan Tahun Baru 1437 Hijriyah yang hampir bersamaan dengan usia satu tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla. Juga adanya ancaman krisis ekonomi, gangguan asap akibat kebakaran hutan pada 2015 ini, serta berbagai permasalahan lain seperti masih tingginya angka korupsi, maraknya berbagai tindakan pedofilia serta kekerasan di tengah-tengah masyarakat seperti apa yang terjadi di Lumajang.
Karenanya, peringatan Tahun Baru 1437 Hijriyah selain menjadi momentum mengevaluasi diri, juga bagaimana kita dapat melakukan perbaikan di seluruh bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, mari kita berhijrah dengan meninggalkan berbagai perilaku tidak baik seperti pembalakan dan pembakaran hutan, korupsi, kolusi, nepotisme, pemalas, tindakan kekerasan, pedofilia, main menang sendiri dan hakim sendiri, serta selalu mempertontonkan dan mengikuti syahwat kekuasaan.
Sebaliknya, kita menggantinya dengan perilaku yang baik seperti kesadaran menjaga lingkungan alam yang lestari, perilaku bersih, santun, jujur, sabar, tekun, taat hukum dan aturan, kerja keras, penuh optimisme, mau berkorban dan berbagi untuk orang lain, serta semangat kerja sama dan berprestasi.
Selamat Tahun Baru 1437 Hijriyah, semoga umat Islam dan bangsa Indonesia dapat menyongsong dan menggapai kehidupan yang lebih baik kini dan yang akan datang.

***)Rahmat Hidayat---Republika


Tidak ada komentar:

Posting Komentar