Umat Islam kembali memperingati Tahun Baru Islam 1437
Hijriyah pada 14 Oktober 2015. Sebagaimana kita ketahui, puncak kejayaan Islam
dimulai sejak Nabi Muhammad SAW hijrah dari Makkah ke Madinah.
Di kota inilah Nabi dan para sahabatnya (muhajirin) disambut luar biasa oleh
penduduk asli Madinah (anshar). Dari kota ini pula dakwah Islam berkembang
pesat melewati batas toritorial wilayah Arab.
Masyarakat Madinah yang awalnya hidup dalam suasana kesukuan, diskriminatif,
primordial, eksklusif, dan penuh permusuhan dalam waktu relatif singkat mampu
diubah oleh Rasulullah SAW menjadi masyarakat yang egaliter, penuh cinta kasih,
terbuka, toleran, inklusif, serta memiliki semangat membantu dan berbagi (QS
al-Hasyr [59]: 9).
Dengan demikian, peristiwa hijrah merupakan titik balik (centre point) bagi
perkembangan Islam dan titik awal bagi (entry point) bagi pembentukan
masyarakat madani (civil society). Maka tidak mengherankan manakala Khalifah
Umar menjadikan peristiwa hijrah tersebut sebagai awal perhitungan kalender
Islam, yang kemudian dikenal dengan Tahun Baru Hijriyah.
Jauh sebelum Nabi Muhammad SAW lahir, beberapa Nabi sebelumnya (Nabi Musa,
Ibrahim, dan Yusuf) juga telah melakukan hijrah dengan meninggalkan tempat
kelahirannya menuju tempat yang baru. Hijrah mereka lakukan untuk mendapatkan
suasana kehidupan yang lebih baik terutama bagi kepentingan dakwah.
Dalam dunia modern, banyak masyarakat yang melakukan hijrah. Mereka pindah dari
daerah asalnya menuju tempat yang baru (migrasi), hijrah dari desa yang satu ke
desa yang lain, dari kota yang satu ke kota yang lain, bahkan dari negara yang
satu ke negara yang lain. Itulah yang kemudian melahirkan konsep migrasi,
emigrasi, transmigrasi.
Orang hijrah disebabkan atau didorong berbagai sebab atau niat (motivasi). Ada
yang karena faktor ekonomi, dakwah, keamanan, ikut keluarga, dan lain sebagainya.
Nabi Muhamaad SAW mengatakan, "Semua perbuatan tergantung niatnya, dan
(balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; barang siapa
niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah
dan Rasul-Nya. Barang siapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya
atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah
kepada apa dia diniatkan." (HR Bukhari). Meski pada prinsipnya hijrah
dilakukan karena ingin mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Rasulullah SAW bersabda bahwa orang yang hijrah yaitu yang meninggalkan apa
yang dilarang oleh Allah SWT (HR Abu Dawud). Beliau juga ditanya oleh sahabat,
hijrah yang bagaimana yang paling utama? Beliau menjawab, engkau jauhi segala
sesuatu yang dibenci Tuhanmu (HR Ahmad).
Alquran menjelaskan, orang yang berhijrah akan mendapatkan rahmat, ampunan
Allah, nikmat yang mulia, mendapatkan derajat yang tinggi serta memperoleh
kemenangan (QS al-Baqarah [2]: 218; QS al-Anfal [8]: 74; dan QS at-Taubah [9]:
20). Spirit hijrah sebagaimana dijelaskan adalah bagaimana meninggalkan
berbagai keburukan menuju kebaikan, melakukan hal yang lebih baik dibandingkan
sebelumnya.
Kalau kita perhatikan kondisi umat Islam sekarang, sungguh sangat
memprihatinkan. Konflik di antara umat dan negara Islam luar biasa. Apa yang
terjadi di Timur Tengah sungguh menjadi catatan kelam bagi sejarah perkembangan
Islam.
Negara-negara Islam yang seharusnya melakukan peran menciptakan kondisi
kehidupan yang damai, aman, nyaman, dan tenang justru terlibat konflik
berkepanjangan. Akibatnya, banyak masyarakat tidak berdosa menjadi korban, ada
yang meninggal dan banyak dari mereka terusir dari negaranya menjadi pengungsi.
Bahkan, kasus pengungsi dari Timur Tengah sekarang khususnya dari Suriah
merupakan kasus pengungsi terbesar setelah Perang Dunia II.
Oleh karena itu, peringatan Tahun Baru Hijriyah 1437 H dapat memberikan spirit
bagi umat Islam dan para pemimpin Islam untuk kembali merajut dan memperkokoh
ukhuwah Islamiyah serta memperbaiki kehidupan umat di seluruh bidang kehidupan.
Dalam konteks Indonesia, peringatan Tahun Baru 1437 Hijriyah yang hampir
bersamaan dengan usia satu tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Juga adanya ancaman krisis ekonomi, gangguan asap akibat kebakaran hutan pada
2015 ini, serta berbagai permasalahan lain seperti masih tingginya angka
korupsi, maraknya berbagai tindakan pedofilia serta kekerasan di tengah-tengah
masyarakat seperti apa yang terjadi di Lumajang.
Karenanya, peringatan Tahun Baru 1437 Hijriyah selain menjadi momentum
mengevaluasi diri, juga bagaimana kita dapat melakukan perbaikan di seluruh
bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, mari
kita berhijrah dengan meninggalkan berbagai perilaku tidak baik seperti
pembalakan dan pembakaran hutan, korupsi, kolusi, nepotisme, pemalas, tindakan
kekerasan, pedofilia, main menang sendiri dan hakim sendiri, serta selalu
mempertontonkan dan mengikuti syahwat kekuasaan.
Sebaliknya, kita menggantinya dengan perilaku yang baik seperti kesadaran
menjaga lingkungan alam yang lestari, perilaku bersih, santun, jujur, sabar,
tekun, taat hukum dan aturan, kerja keras, penuh optimisme, mau berkorban dan
berbagi untuk orang lain, serta semangat kerja sama dan berprestasi.
Selamat Tahun Baru 1437 Hijriyah, semoga umat Islam dan bangsa Indonesia dapat
menyongsong dan menggapai kehidupan yang lebih baik kini dan yang akan
datang.
***)Rahmat Hidayat---Republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar