Ikrimah bin Abu Jahal. Jika
menyebutkan nasabnya, orang akan mengira jika ia adalah salah satu musuh Allah.
Abu Jahal tak kurang perbuatan jahatnya dalam menghalangi Rasulullah SAW. Anak
yang tumbuh dalam suasana kebencian terhadap Islam, bisa jadi terdampak dan
memiliki kebencian yang sama. Itu yang terjadi pada sosok Ikrimah, pada
mulanya.
Seperti halnya ayahnya, Ikrimah adalah penentang Islam ketika
dakwah mulai merekah di Makkah. Cap musuh Allah disematkan kepadanya bersama
sang ayah.Saat Fathul Makkah, semua kaum Quraisy Makkah menyerah tanpa syarat
termasuk pemimpin mereka Abu Sufyan.
Namun tidak begitu dengan Ikrimah. Jiwa pemberontakannya
begitu tinggi. Meski ia sadar kalah jumlah, ia terus mengobarkan perlawanan
terhadap kaum Muslimin. Ia menyerang kavaleri pasukan Rasulullah. Ikrimah
terdesak dan akhirnya kabur hingga Yaman. Saat penduduk Makkah terbuka hatinya
menerima Islam, Ikrimah justru masih berkutat dengan kegelapan.
Hidayah, memang hanya milik Allah SWT. Maka sungguh
sejatinya tak pantas bagi kita mencap seseorang adalah musuh abadi dakwah.
Kita, manusia yang amat lemah ini, tak paham bagaimana skenario perjalanan
hidup seseorang. Dan Ikrimah membuktikannya. Cahaya Islam merasuk ke dadanya,
saat ia justru berada dalam puncak permusuhan terhadap Islam.
Ikrimah membuktikan imannya tak sekadar kedok untuk
menyelamatkan nyawa. Ia, yang tadinya amat bernafsu membunuh kaum Muslimin,
kini menjadi sosok yang rela terbunuh demi tegaknya Islam. Pengorbanan nyawa
adalah pengorbanan yang amat tinggi.
Sosok kepahlawanannya muncul saat perang Yarmuk. Saat
semua usai, tergeletaklah tiga sahabat yang terluka. Al-Harits bin Hisyam,
Ayyasy bin Abi Rabi'ah dan Ikrimah bin Abu Jahal. Ketiganya memerlukan air demi
bertahan. Lalu seorang sahabat datang menawarkan air.
Ikrimah yang hendak diberi minum melihat Ayyasy lebih
membutuhkan. Ia pun memerintahkan agar Ayyasy diberi minum terlebih dahulu.
Saat Ayyasy hendak diberi minum, ia melihat Harits lebih membutuhkan. Maka sang
pembawa air bergerak memberi minum. Belum sempat memberi minum Harits,
ketiganya syahid tanpa ada setetes air yang singgah ke tubuh mereka.
Itulah itsar. Puncak tertinggi ukhuwah. Tidak ada
basa-basi, yang ada hanya kejujuran. Sebuah kejujuran dalam pembuktian iman.
Ikrimah, telah melesat dari seseorang yang berada dalam titik nadir, kini
terbang mengangkasa menjemput janji bersama bidadari. Hanya iman yang jujur
yang mampu menggerakkan pengorbanan setinggi itu. Dan bagi mereka yang
diberikan hidayah, bukan tak mungkin Allah memberikan percepatan-percepatan
iman.
Kita seharusnya iri terhadap mereka yang diberikan
hidayah oleh Allah SWT. Mungkin mereka menerima Islam belakangan. Mungkin saat
ini mereka masih mengeja huruf hijaiyah demi azzam bisa membaca Alquran.
Mungkin saat ini shalat mereka masih belum sempurna. Mungkin secara kasat mata,
mereka orang yang butuh pertolongan.
Namun bisa jadi, Allah hendak memuliakan mereka dengan
pemahaman Islam yang amat sadar. Islam merasuk ke dalam dada mereka seiring
dengan pemahaman yang kuat. Iman menancap di nurani mereka jauh lebih kokoh
karena hasil dari sebuah pencarian panjang. Mungkin kita seharusnya pantas iri.
Allah SWT berfirman, "Barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka tidak
ada seorang pun dapat memberinya petunjuk. Dan barangsiapa yang diberi petunjuk
oleh Allah maka tidak seorang pun dapat menyesatkannya….” (QS az-Zumar [39]:
36-37).
***) Hafidz Muftisany
Tidak ada komentar:
Posting Komentar