Ishak bin Abdullah bin Abi Thalhah menceritakan, pada suatu hari
datanglah seorang laki-laki ke hadapan Rasulullah SAW. "Bagaimana
keadaanmu?" tanya Rasul kepada orang itu. "Alhamdulillah, saya
bersyukur kepada Allah untukmu, wahai Nabi!" jawab orang itu. Mendengar
jawaban tersebut, Rasul lalu mendoakannya.
Pada hari selanjutnya, orang tersebut kembali datang
menemui Rasul. Seperti pada pertemuan pertama, Rasul pun menanyakan keadaannya.
"Bagaimana keadaanmu?" "Baik," jawab orang tersebut pendek.
Rasul hanya diam mendengar jawaban itu. Maka, dengan nada heran orang itu
bertanya. "Ya Rasulullah, kemarin engkau menanyakan keadaanku, lalu engkau
mendoakanku.
Hari ini engkau bertanya kepadaku, tetapi tidak
mendoakanku. Mengapa demikian?". Rasulullah SAW menjawab, "Ketika aku
bertanya kepadamu, engkau bersyukur kepada Allah. Sedangkan hari ini aku
bertanya, tetapi engkau diam saja, tidak bersyukur kepada-Nya."
Kisah atau dialog yang dikutip dari buku Kitabusy-Syukur
karya Abu Bakar Abdullah bin Muhammad tersebut, secara tersirat sedikitnya ada
dua hal yang dapat kita ambil hikmah atau ibroh-nya. Pertama, kita harus
senantiasa bersyukur kepada Allah, minimal secara lisan. Yakni, mengucapkan
hamdalah.
Kedua, jawaban pendek orang tersebut, ketika ditanya
Rasulullah untuk kedua kalinya, menunjukkan ia lupa bahwa keadaan baik pada
dirinya, yakni sehat dan masih diberi umur untuk menikmati hidup ini
(kesempatan). Sehat dan kesempatan adalah dua nikmat yang sering dilupakan atau
tidak disadari. Akibatnya, orang pun lupa mensyukurinya. Sebagaimana ditegaskan
Nabi SAW, "Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu olehnya, yakni
kesehatan dan kesempatan" (HR. Bukhari).
Bahkan, nikmatnya sehat sering baru terasa oleh kita pada
saat kita sakit. Misalnya, betapa nikmatnya bernafas sering baru terasakan
betul-betul ketika kita terserang flu. Nikmatnya makan baru terasakan ketika
kita dilanda sariawan. Nikmatnya berjalan normal baru terasa ketika kita sakit
karena kaki keseleo. Dan seterusnya.
Kesempatan pun demikian. Nikmatnya waktu luang sering
baru terasakan ketika kita kepepet atau sibuk. Dan kesempatan terbesar, yang
merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri, adalah hidup atau masih belum
dicabutnya nyawa kita oleh Allah. Syukurilah kesempatan itu dengan menjalani
hidup sesuai ketentuan Allah, beribadah pada-Nya, selalu beristighfar, tobat,
dan lain-lain, sebelum ajal menjemput. Sedang kita tahu, datangnya ajal dapat
kapan dan di mana saja
***)ASM Romli))-Pusat Data Republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar