''Dan di antara manusia ada
orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi (tidak dengan penuh
keyakinan), jika ia memperoleh kebajikan tetaplah ia dalam keadaan itu
(keimanan) dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana berbaliklah ia kebelakang
(menjadi kafir lagi). Rugilah ia di dunia dan di akhirat, yang demikian itu
adalah kerugian yang nyata.'' (QS Al-Hajj [22]:11).
Ayat di atas menjelaskan tentang orang-orang yang menggunakan
syarat dalam menyembah Allah SWT. Ia mau beribadah kalau semua keinginannya
terpenuhi. Ia menjadikan agama sebagai sarana untuk memuaskan nafsunya. Ia
menjadikan Allah SWT seperti lampu Aladin yang harus mengabulkan semua
keinginannya.
Jika keinginannya tidak terpenuhi dan jika ia ditimpa berbagai
musibah serta kesusahan dalam menjalani hidup, maka ia kembali menjadi orang
kafir. Orang seperti ini, menurut Al-Qurtubi dan Ibn Al-Katsir, adalah
orang-orang munafik yang sangat merugi di dunia dan di akhirat, dan merekalah
golongan orang-orang munafik yang akan berada di neraka yang paling bawah,
''Sesungguhnya orang-orang munafik itu ditempatkan pada tingkatan yang paling
bawah dari neraka.'' (QS An-Nisa [4]: 145).
Begitu juga dalam bermuamalah atau interaksi sosial, ia mau
menegakkan kebenaran dan berlaku adil jika kebenaran dan keadilan itu
menguntungkan dirinya. Ia mau membantu dan peduli terhadap sesama jika hal itu
bisa membuat dirinya populer. Namun, jika tidak maka ia berdiam diri dan
pura-pura tidak tahu akan musibah dan problem orang lain.
Rasulullah SAW menegaskan kerugian orang-orang seperti itu
dengan sabdanya, ''Sangatlah merugi budak harta dan budak baju beludru (baju
yang sangat bagus), jika ia diberikan harta dan baju beludru maka ia ridha dan
jika tidak maka ia marah.'' (HR Al-Bukhari).
Penyebutan harta dan baju beludru dalam hadis di atas hanyalah
contoh semata. Namun, dalam pengertiannya yang luas mencakup semua hal yang
sifatnya bisa memuaskan dan membahagiakan.
Semoga kita tidak menjadi budak hawa nafsu seperti orang-orang
di atas. Semoga pasca-Ramadhan ini kita menjadi insan yang 'kembali', yang
menapaki hidup di rel-Nya. ''Wahai Tuhanku tolonglah aku agar selalu
mengingat-Mu, selalu bersyukur kepada-Mu dan selalu bagus dalam beribadah
kepada-Mu.'' (HR Abu Dawud).
**)
Asep Sulhadi--Pusat Data
Republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar