Dari Abu Hurairah ra, dia berkata,
“Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Allah Swt menjadikan sifat rahmat seratus bagian. Maka,
dipeganglah pada sisi-Nya sembilan puluh sembilan bagian dan diturunkan satu
bagian ke bumi. Dari satu bagian rahmat itulah seluruh makhluk berkasih sayang
kepada sesamanya sehingga seekor hewan mengangkat kakinya karena takut anaknya
akan terinjak olehnya,” (HR Bukhari Muslim)
Allah ar-Rahmaan ar-Rahiim, sebab kasih sayang-Nyalah kita masih
diberi usia hingga detik ini. Sebab kemahaan dan rasa cinta yang melebihi murka-Nyalah
pula kita masih diberikan kenikmatan menghirup udara segar, merasakan makanan
dan minuman yang lezat, mampu melihat, mendengar, berbicara, serta beberapa
nikmat-Nya yang tidak mungkin mampu kita urai satu persatu.
Ketika sudah mendapatkan semua nikmat itu, maka bertakwa dan
bersyukur adalah cara untuk melanggengkan nikmat-nikmat itu kendati Allah tidak
pernah menantikan apalagi mengharapkan ucapan ‘terimakasih’ dari
hamba-hambaNya. Namun, dengan sifatnya yang Maha Mensyukuri (Asy-Syakuur), Allah
kelak dan selalu akan membalas rasa syukur yang diucapkan para hamba untuk-Nya.
Musthafa Sa’id Al Khin dalam Nuzhatul Muttaqina Syarhu Riyaadhi
Shaalihiina, Juz 1 (1987: 382-383), menguraikan beberapa faedah dari hadits di
atas, pertama sesungguhnya rahmat yang telah Allah SWT tetapkan di dalam hati
hamba-hamba-Nya merupakan bagian dari ciptaan-Nya. Kedua, Kebaikan Allah Swt
turunkan kepada mereka merupakan bagian dari keutamaan-Nya. Ketiga, Rahmat itu
merupakan salah satu bagian yang Allah simpan bagi hamba-hambaNya yang mukmin
pada hari kiamat.
Dalam hal ini, terdapat harapan paling besar dan kabar gembira
bagi orang-orang yang beriman karena hanya satu rahmat yang Allah ciptakan bagi
manusia di dunia, mereka (manusia) mampu berkasih sayang kepada sesamanya dan
menjadi kebaikan bagi mereka, apalagi dengan seratus rahmat pada hari kiamat.
Karenanya, melalui rahmat-Nya yang telah dilimpahkan ke bumi
ciptaan-Nya inilah, Allah memerintahkan kita untuk selalu menyambung
silaturrahim, berbagi, saling tolong menolong dalam kebaikan dan berkasih
sayang. Sesuai dari hadits yang diriwayatkan dari Usamah bin Zaid ra, ia
berkata, “Sesungguhnya Rasulullah diserahi cucunya yang telah meninggal, maka
air mata beliau pun menetes. Lalu Sa’ad pun bertanya, “Ada apa wahai Rasulullah Saw?”
beliau menjawab, “Ini adalah rahmat (kasih sayang) yang telah dijadikan Allah
dalam hati para hamba-Nya. Sesungguhnya hamba Allah yang dirahmati oleh-Nya
hanyalah orang yang memiliki kasih sayang,” (HR Bukhari
dan Muslim)
Atau dalam Al haditsul Qudsiyyah karya Jamal Muhammad Ali
Asy-Syuqairi, dari Abdurrahman bin Auf ra berkata, aku mendengar Rasulullah Saw
bersabda, “Allah berfirman, ‘Aku adalah Ar-Rahman (Yang rahmat-Nya meluas)
yaitu Ar-Rahim (Yang rahmat-Nya khusus bagi orang-orang yang beriman). Aku
ambil dia sebagai salah satu dari nama-Ku. Barang siapa yang menyambungnya,
maka Aku akan menyambung hubungan dengannya. dan barangsiapa memutuskannya,
maka Aku akan memutuskan hubungan dengannya sama sekali,” (HR Abu Daud)
Mari istiqamahkan diri untuk senantiasa mencintai, berbagi
kebaikan dan menebar kasih sayang, agar rahmat Allah selalu tercurah untuk
kita. Allahu a’lam.
***) Ina Salma Febriany—(Pusat data Republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar