Abu Said al-Khudri
pernah meriwayatkan hadis yang artinya, "Sesungguhnya orang yang paling
dicintai Allah dan orang yang paling dekat posisinya dengan-Nya pada hari
kiamat nanti adalah pemimpin yang adil. Sementara, orang yang paling dimurkai
Allah dan yang paling jauh tempatnya dari sisi-Nya adalah pemimpin yang
jahat." (HR Turmudzi).
Hadis ini merupakan harapan sekaligus ancaman bagi
para pemimpin. Harapan bagi pemimpin yang baik agar menjadi hamba yang dicintai
oleh Allah dan mendapat posisi yang paling dekat dengan-Nya di akhirat nanti.
Begitu pula sebaliknya, hadis di atas juga bisa menjadi ancaman bagi pemimpin
yang tidak baik atau jahat. Bahwa mereka akan mendapat murka dari Allah dan
akan menempati posisi yang sangat jauh dari-Nya.
Dalam melaksanakan tugasnya, para pemimpin dihadapkan pada dua pilihan, adil atau zalim. Adil ketika ia menempatkan sesuatu pada tempatnya dan zalim ketika ia menempatkan sesuatu tidak pada tempat yang semestinya.
Dalam melaksanakan tugasnya, para pemimpin dihadapkan pada dua pilihan, adil atau zalim. Adil ketika ia menempatkan sesuatu pada tempatnya dan zalim ketika ia menempatkan sesuatu tidak pada tempat yang semestinya.
Karena tugas pemimpin
yang berat seperti ini, maka pantas ketika Umar bin Khattab setiap menghadapi
persoalan selalu berdoa, "Ya Allah, bimbinglah saya dalam menghadapi dua
orang ini karena masing-masing dari mereka berdua ingin melihat saya dari segi
agama saya."
Pada kesempatan yang lain, kadang Umar berdoa, "Ya Allah, berilah saya pertolongan untuk berbuat adil kepada keduanya. Sesungguhnya salah satu dari mereka bisa menjauhkan saya dari agama saya."
Pemimpin yang adil atau baik bukan berarti pemimpin yang membiarkan kebaikan dan kejahatan berjalan bersamaan, membiarkan kebaikan tetap berjalan, tapi juga membiarkan kejahatan tumbuh subur. Pemimpin yang seperti ini justru bukan merupakan pemimpin yang adil, melainkan tergolong pemimpin yang lemah.
Pemimpin yang adil adalah pemimpin yang bisa membela rakyatnya yang lemah tapi benar dan bisa menghukum rakyatnya yang kuat tapi bersalah. Sehingga, ia bisa menempatkan kebenaran pada tempatnya dan menempatkan kejahatan atau kezaliman pada tempatnya pula.
Jika suatu daerah atau wilayah dipimpin oleh pemimpin yang adil, rakyatnya akan tertib, aman, dan sejahtera. Tertib karena seluruh rakyatnya akan mematuhi peraturan yang diundangkan oleh sang pemimpin.
Pada kesempatan yang lain, kadang Umar berdoa, "Ya Allah, berilah saya pertolongan untuk berbuat adil kepada keduanya. Sesungguhnya salah satu dari mereka bisa menjauhkan saya dari agama saya."
Pemimpin yang adil atau baik bukan berarti pemimpin yang membiarkan kebaikan dan kejahatan berjalan bersamaan, membiarkan kebaikan tetap berjalan, tapi juga membiarkan kejahatan tumbuh subur. Pemimpin yang seperti ini justru bukan merupakan pemimpin yang adil, melainkan tergolong pemimpin yang lemah.
Pemimpin yang adil adalah pemimpin yang bisa membela rakyatnya yang lemah tapi benar dan bisa menghukum rakyatnya yang kuat tapi bersalah. Sehingga, ia bisa menempatkan kebenaran pada tempatnya dan menempatkan kejahatan atau kezaliman pada tempatnya pula.
Jika suatu daerah atau wilayah dipimpin oleh pemimpin yang adil, rakyatnya akan tertib, aman, dan sejahtera. Tertib karena seluruh rakyatnya akan mematuhi peraturan yang diundangkan oleh sang pemimpin.
Aman karena semua
rakyatnya tidak merasa khawatir dengan kezaliman orang lain, lebih-lebih
kezaliman sang pemimpin sendiri. Dan sejahtera setelah kehidupan mereka tidak
ada yang mengganggu dan mereka bisa hidup sesuai dengan keinginan dan
kebebasannya sendiri.
Oleh sebab itu, pantas ketika seorang pemimpin yang bisa menjadikan wilayahnya tertib, aman, dan sejahtera atau berbuat adil pada rakyatnya akan mendapatkan beberapa keutamaan di akhirat nanti. Di antaranya akan termasuk golongan yang mendapatkan naungan Allah (HR Bukhari dan Nasai), akan mendapatkan cinta Allah dan tempat yang paling dekat dengan-Nya (HR Turmudzi), serta mendapat posisi di mimbar sebelah kanan Zat Yang Maha Pengasih di akhirat nanti (HR Muslim).
Dan pemimpin yang adil pantas mendapatkan tempat-tempat yang dijanjikan Allah itu karena mereka telah melakukan tugasnya dengan sangat baik.
Oleh sebab itu, pantas ketika seorang pemimpin yang bisa menjadikan wilayahnya tertib, aman, dan sejahtera atau berbuat adil pada rakyatnya akan mendapatkan beberapa keutamaan di akhirat nanti. Di antaranya akan termasuk golongan yang mendapatkan naungan Allah (HR Bukhari dan Nasai), akan mendapatkan cinta Allah dan tempat yang paling dekat dengan-Nya (HR Turmudzi), serta mendapat posisi di mimbar sebelah kanan Zat Yang Maha Pengasih di akhirat nanti (HR Muslim).
Dan pemimpin yang adil pantas mendapatkan tempat-tempat yang dijanjikan Allah itu karena mereka telah melakukan tugasnya dengan sangat baik.
(Da'wah, hidayah, hikmah, syukur, sabar, takwa, )
***)Abdul Syukur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar