Selasa, 19 Januari 2016

PENDIDIKAN KARAKTER

Siapa guru karakter terbaik? Mukmin yang berakhlak baik. Rasulullah SAW bersabda, “Orang Mukmin yang paling sempurna imannya adalah Mukmin yang paling baik akhlaknya.” (HR Abu Hurairah). 
Al-Ghazali dalam kitabnya
 Ihyaa’ ‘Uluumuddiin mendefinisikan akhlak sebagai sifat-sifat yang telah tertanam dalam jiwa, yang darinya timbul perbuatan-perbuatan atau perilaku dengan mudah, tanpa memerlukan terlebih dahulu pertimbangan pikiran. 
Perilaku yang menjadi kebiasaan adalah wujud akhlak yang zahir, sedangkan perilaku yang membentuk karakter adalah wujud akhlak yang batin (Fathuddin, 2008). Tanpa karakter atau akhlak, peradaban suatu bangsa akan rusak dan merusakkan.
 
Bangsa Arab di zaman Jahiliyah mencerminkan potret bangsa tanpa karakter. Perjudian, perbudakan, perzinaan, budaya mabuk-mabukan sangat merajalela. Revolusi karakter terjadi di bangsa Arab lewat ikhtiar memperbaiki, mengubah, dan membangun akhlakul karimah di tengah-tengah masyarakat.
Dengan akhlaknya yang agung (QS Al-Qalam: 4), Rasulullah SAW tampil sebagai pendidik karakter yang mengubah wajah bangsa Arab yang Jahiliyah menjadi bangsa yang berperadaban. Rasulullah SAW bersabda, “
Sesungguhnya Aku diutus Allah ke dunia, tiada lain untuk mengubah dan membangun masyarakat dengan akhlak yang mulia.” (HR Ahmad).
Kini, perilaku Jahiliyah terjadi di Indonesia. Tiada hari tanpa kabar kekerasan dan pembunuhan, pemerkosaan, perzinaan, penipuan, pelanggaran hukum, dan perilaku menyimpang lainnya.
 
Institusi pendidikan kerap melahirkan orang terpelajar tapi lemah budi pekerti. Institusi dan aparat hukum tak mampu menegakkan keadilan bagi masyarakat. Para politisi dan penguasa tak malu-malu lagi menunjukkan perilaku korupsi, kolusi, dan manipulasi.
 
Sektor ekonomi dikuasai pengusaha serakah yang menjadikan uang dan kekayaan sebagai Tuhan baru.
 Astagfirullah. Orang cerdas, orang kaya, yang punya jabatan dan kekuasaan, banyak tidak tampak karakternya. 
Semakin cerdas, semakin kaya, semakin tinggi kedudukan, ternyata berpotensi semakin mematikan karakter. Itulah persoalan kita. Mengajarkan karakter itu mudah karena hanya menyampaikan pengetahuan. Namun mendidik karakter dan berperilaku baik, itulah yang tersulit.
 
Karakter hanya bisa diajarkan oleh pendidik, bukan pengajar. Pendidik karakter terbaik adalah orang bertakwa. Orang bertakwa memiliki kesadaran moral dan keimanan yang mantap. Hal tersebut tercermin dalam perilakunya yang mulia dan memberi manfaat kepada orang lain.
 
Pendidik karakter itu jujur hatinya dan benar ucapannya (QS Al-Baqarah: 177), orang yang bisa mengemban amanah dan menepati janji (QS Al-Mu’minun: 8), bersikap istiqamah dalam kesabaran (QS Yusuf: 90), mampu menaklukkan hawa nafsu dan berjiwa pemaaf (QS Ali Imran: 134), serta sosok yang mudah dinasihati dan cepat sadar kalau berbuat keliru (QS Ali Imran: 135).
 
Jangan resah apa yang dikatakan orang tentang diri dan bangsa kita. Tetapi, resahlah jika kita tak berkarakter. Bangsa Indonesia hanya akan bisa menjadi bangsa terbaik (
khairu ummah) jika semua elemen masyarakat mampu mengambil peran dan tanggung jawab sebagai pendidik karakter. 
Pendidik karakter bisa berperan sebagai orang tua, guru, pengusaha, ulama, politisi, dokter, pengacara, dan peran-peran strategis lainnya. Misi utamanya adalah membangun akhlak masyarakat.
Takwa adalah sebuah proses peningkatan kualitas jiwa dan hidup. Seseorang akan berhasil menjadi pendidik karakter jika konsisten membenahi derajat ketakwaannya kepada Allah SWT.
Pertanyaan yang patut direnungkan, apakah kita mau dan bersungguh-sungguh mencari jalan takwa agar bisa menjadi pendidik karakter?
Allah SWT berfirman, “
Dan orang-orang yang berjuang untuk mencari keridhaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami; Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al-Ankabut: 69).
Mari berjuang mencari jalan menuju takwa. Jangan tunggu esok. Karena kita tak pernah tahu, apakah esok masih menyapa?


***) Asep Sapa’at

Tidak ada komentar:

Posting Komentar