Suatu waktu, Khalifah Umar bin Khattab kedatangan tamu dari
negeri Himsy, salah satu wilayah kekuasaan Islam. Khalifah Umar dengan ramah
tamah menghormati tamu-tamunya.
Selang beberapa saat, Khalifah Umar mengadakan temu
wicara dengan mereka. Ia banyak bertanya tentang kondisi rakyatnya di sana,
baik pendidikan, kesehatan maupun kesejahteraannya. Seusai dialog, Khalifah
Umar bin Khattab menyuruh para tamunya itu untuk mencatat dan melaporkan
rakyatnya yang kurang mampu.
Ketika membaca laporan tersebut, Khalifah Umar tiba-tiba
terlihat kaget saat melihat nama Sa'id bin 'Amir tercantum dalam daftar orang
miskin. Dengan keadaan penasaran Khalifah Umar memanggil mereka dan bertanya.
''Wahai tamu-tamuku, siapakah gerangan Sa'id ibn 'Amir yang kalian maksud?''
Mereka menjawab, ''Beliau adalah gubernur kami dan salah seorang utusan Amirul
Mukminin yang telah diamanahi tugas untuk memimpin kami.''
Pada saat itu, Khalifah Umar langsung menangis. Ia tak
kuat menahan haru atas kejujuran serta keamanahan utusannya. Khalifah Umar pun
segera memberikan hadiah khusus buat sang gubernurnya.
Sesampainya hadiah tersebut kepada Sa'id bin 'Amir, ia
justru bukan merasakan kebahagiaan dengan mendapatkan bingkisan dari atasannya.
Yang terjadi malah sebaliknya. Ia sangat khawatir dengan ujian kenikmatan
mendapatkan materi.
Dengan bersegera, Sa'id pun membagikan kembali hadiah
tersebut kepada rakyatnya yang betul-betul membutuhkannya. Ia bahkan tidak
mengambil sepeser pun buat kepentingan pribadi dan keluarganya. Sungguh dalam
kisah ini terkandung banyak hikmah yang bisa kita petik.
Seorang pemimpin besar yang mempunyai kekuasaan luas,
walau ia belum sempat mengunjungi semuanya, tapi ia sangat telaten untuk
mengetahui keadaan rakyatnya. Kebutuhan rakyatnya selalu ia perhatikan serta
segera dipenuhi.
Bukan malah sebaliknya, kebutuhan rakyat yang sangat
mendasar dihilangkan atau kurang dipenuhi, sehingga menelantarkan dan
menyusahkan mereka. Begitu pula pejabat yang diamanahi tugas, betul-betul
melaksanakan amanahnya. Para pembantunya tidak serta-merta karena mempunyai
wewenang, lantas manfaatkan kedudukannya dengan mengeksploitasi segala hal
untuk memenuhi keinginannya.
Penunjukan pejabat bukan karena hasil kolusi dan
nepotisme atau uang pelicin. Tapi, lebih berdasarkan pada profesionalisme.
Dengan cara seperti itulah insya Allah semua tugas akan mampu dilaksanakan
dengan baik. Sungguh, alangkah rindunya kita kepada tipe pemimpin dan pejabat
seperti mereka. Wallahu a'lam.
***) Pardan Syafrudin--Sumber : Pusat Data Republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar