Dalam sebuah riwayat dari
Abdullah bin Amru, Rasulullah SAW pernah bersabda, ''Tanda orang munafik ada
tiga. Jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, jika diberi
amanah ia berkhianat. (HR Bukhari). Dalam HR Muslim ada penambahan, ''Walaupun
ia puasa, shalat, dan mengaku sebagai Muslim.''
Menurut para ulama, penipuan, makar, pengelabuan dengan
menampakkan kebaikan dan menyembunyikan kejahatan, termasuk dalam nifak. Ibnu
Rajab al-Hanbali dalam Jami'u l-Ulum wa l-Hikam membagi nifak dalam dua jenis.
Pertama, nifak besar (akbar) yang biasa dikenal dengan
nifak i'tiqady. Pelakunya berkamuflase mengaku beriman kepada Allah SWT,
malaikat, kitab-kitab suci, para rasul, dan hari akhir.
Namun, di balik itu ia mendustakan semua atau
sebagiannya. Nifak seperti ini ada pada zaman Muhammad SAW dahulu. Saat itu,
Abdullah bin Ubay menjadi panutan kaum munafik. Ia menyebarkan isu bahwa antara
Ummul Mukminin Aisyah dan Shafwan bin Mu'aththal ada affair.
Kedua adalah nifak kecil (asghar) yang bersifat amali.
Biasanya si pelaku bersikap hipokrit (munafik) dengan menampakkan kebaikan yang
sejatinya tidak demikian. Sebagian ciri-ciri nifak jenis ini seperti dusta,
ingkar janji, dan khianat.
Sudah jamak diketahui bahwa dusta dalam berbicara adalah
sifat yang tidak terpuji. Apalagi kalau dusta kepada orang yang percaya akan
kejujuran si pembicara. Dalam al-Musnad ada sebuah hadis bahwa Rasulullah SAW
pernah bersabda, ''Sebuah pengkhianatan yang besar jika kamu berbicara dengan
saudaramu dan ia percaya kepadamu (bahwa kamu tidak akan berdusta), sedangkan
kamu berdusta kepadanya.''
Sedangkan ingkar janji adalah perkara yang dilarang keras
dalam Islam, baik dalam urusan yang besar maupun remeh. Abdullah bin Amir
pernah bercerita, ''Suatu ketika Muhammad SAW berkunjung ke rumah kami. Ketika
itu aku masih kecil. Tatkala aku hendak keluar rumah untuk bermain, ibuku
memanggilku, Abdullah! sini ibu punya sesuatu untukmu.''
Maka Rasulullah bertanya, ''Apa yang akan kamu berikan
buat anakmu?'' ''Akan kuberi kurma,'' jawab ibuku. Rasulullah SAW berkata,
''Seandainya kamu tidak memberi apa-apa kepada anakmu maka kamu dicatat telah
berbuat dusta.'' (HR Abu Daud).
Mengenai amanah, ia merupakan perwujudan kepercayaan
orang kepada yang diamanahi. Sangat tidak wajar jika ada orang yang menitipkan
barangnya kepada pengkhianat. Selayaknya seorang Muslim membalas kepercayaan
saudaranya dengan menjaga amanah yang dibebankan kepadanya.
Menjaga diri dari tiga sifat di atas sangatlah perlu.
Jika tiga sifat itu bersemayam dalam diri seseorang dan tidak segera diobati,
maka pada gilirannya akan menggiring pada nifak akbar yang ancamannya tidak ada
selain api neraka.
Sumber :
Pusat Data Republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar