Manusia adalah makhluk-makhluk
sosial. Saat lahir, dia membutuhkan dekapan seorang ibu, saat kecil butuh teman
bermain, saat dewasa memerlukan teman hidup, dan saat beranjak tua perlu orang
yang merawat serta memperhatikannya. Bahkan saat meninggal pun, masih membutuhkan
orang lain untuk memandikan, menshalatkan, dan menguburkannya.
Karena itu, sejak manusia belum terlahir hingga setelah
meninggal, pasti butuh kehadiran orang lain. Sangat tidak tepat bila kita
menjadi egois, mementingkan diri sendiri. Dalam posisi seperti inilah arti
penting tetangga sebagai orang yang dekat dengan kita.
Terkadang kedudukan tetangga jauh lebih penting daripada
saudara, karena merekalah pihak pertama yang kita mintai pertolongan saat dalam
posisi bahaya. Demikian pentingnya tetangga, hingga Rasulullah SAW pernah
menyebutkan, kualitas keimanan seseorang, salah satu tolak ukurnya adalah
sejauh mana ia mampu berbuat baik kepada tetangganya.
"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir,
maka janganlah menyakiti tetangganya." (HR Bukhari dan Muslim). Bahkan
berbuat baik kepada tetangga merupakan salah satu penjamin seseorang bisa masuk
surga. "Tidak masuk surga seseorang yang tetangganya tidak merasa aman
dari kejahatannya." (HR Bukhari dan Muslim).
Seseorang berkata, ''Wahai Rasulullah, sesungguhnya
fulanah banyak melakukan shalat, sedekah, dan puasa. Hanya saja ia menyakiti
tetangga dengan lisannya.'' Rasulullah SAW bersabda, ''Seseorang diceritakan
sedikit melakukan puasa dan shalat, tapi ia bersedekah dengan beberapa potong
keju dan tidak menyakiti tetangganya, maka wanita ini ada di dalam surga.'' (HR
Ahmad, Ibnu Hibban, dan Hakim).
Untuk itu, mulailah berbuat baik kepada tetangga kita.
''Sebaik-baik teman di sisi Allah adalah orang yang paling baik di antara
mereka terhadap temannya. Dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah orang
yang paling baik di antara mereka terhadap tetangganya.'' (HR Tirmidzi).
Berbuat baik kepada tetangga bisa diwujudkan seperti
berbahagia ketika tetangga mendapat karunia dan ikut bersedih (berempati) bila
mendapat musibah, sehingga melahirkan sikap saling membantu; berpikir positif
terhadap yang dilakukan tetangga dan jangan berprasangka negatif; bila kita
punya kelebihan rezeki, hendaklah berbagi dengan tetangga.
Rasulullah SAW menganjurkan untuk saling memberi hadiah,
karena itu akan melahirkan kecintaan di antara sesama. Bahkan saat orang lain
berbuat keburukan, kita tidak dianjurkan untuk membalasnya dengan keburukan
yang serupa. ''Kalau kamu memasak sayur, maka perbanyaklah kuahnya. Kemudian
lihatlah keluarga dari tetanggamu. Dan berilah mereka dengan baik.'' (HR
Muslim). Bukhari pun meriwayatkan, ''Tidaklah disebut Mukmin orang yang
kenyang, sedangkan tetangganya kelaparan.''
Sumber :
Pusat Data Republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar