Kamis, 21 April 2016

MENJADI BURUNG BUTA DAN LUPUH

 Syaqiq Al-Balkhy, seorang zahid, bermaksud menggeluti dunia bisnis. Ia berpamitan kepada Ibrahim bin Adham, juga seorang zahid yang sangat wara'. 
Ibrahim berdoa agar Syaqiq diberkahi dalam bisnisnya, senantiasa zahid, dan melaksanakan ibadah dan dzikir. Namun, baru beberapa hari meninggalkan kampung halamannya, Syaqiq kembali. Ibrahim merasa heran dan bertanya, "Mengapa engkau kembali lagi?" 
Syaqiq menceritakan peristiwa yang membuatnya kembali pulang dan meninggalkan tekadnya semula. "Tatkala saya singgah di tengah perjalanan untuk beristirahat, saya memasuki reruntuhan rumah untuk suatu keperluan. Di dalamnya saya melihat seekor burung yang buta lagi lumpuh, tentu saja tak mampu bergerak, apalagi terbang. Saya merasa iba melihatnya. Kemudian saya berkata sendiri, 'Dari mana burung malang ini bisa mendapatkan makanan di tempat ini?' Tak lama kemudian, seekor burung lain membawa makanan, menyuapi burung yang buta dan lumpuh tersebut. 
Saya mengamatinya sampai beberapa hari. Terbesit di hati saya, 'Sesungguhnya yang memberikan rezeki kepada burung yang buta dan lumpuh di reruntuhan ini, juga mampu memberikan rezeki kepadaku.' Lalu saya menetapkan kembali ke kampung halaman." 
Ibrahim bin Adham berkata, "Subhanallah! Wahai Syaqiq! Mengapa engkau rela menjadikan diri sendiri sebagai burung buta dan lumpuh yang hanya bisa menunggu pertolongan yang lain? Mengapa engkau tidak bertekad menjadi burung lain yang berusaha dan berjerih payah, lalu kembali sambil membawa hasil jerih payahnya untuk disuapkan kepada burung yang buta dan hanya duduk-duduk saja? 
"Tidakkah engkau mendengar sabda Nabi SAW, tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah?" Syaqiq bangkit menghampiri Ibrahim, lalu memeluk tangannya. Seraya berkata, "Engkau adalah guru kami, Wahai Abu Ishaq!" 


***) ASM Romli---Sumber : Pusat Data Republika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar