Tema apa yang menarik untuk
diangkat menjelang Hari Ibu? Sebuah pertanyaan sederhana sengaja saya gulirkan
ke Komunitas Bisa Menulis (KBM) di Facebook dan ternyata mendapat tanggapan beragam. Dari
berbagai komentar yang ada, saya tertarik pada beberapa kasus yang diajukan
komunitas menulis online yang beranggotakan seratusan ribu orang tersebut.
Satu demi satu respons akhirnya
mengantarkan rasa penasaran saya pada berita yang terkait dengan sosok ibu
sepanjang 2014. Pertama, yang cukup mendominasi adalah kisah Nenek Fatimah.
Perempuan berusia 90 tahun yang digugat Rp 1 miliar oleh anak kandungnya
sendiri.
Sidang yang digelar di
Pengadilan Negeri (PN) Tangerang ini berkaitan dengan kasus sengketa tanah.
Selain gugatan materiil sebesar Rp 1 miliar sebagai ganti rugi, Fatimah juga
digugat untuk hengkang dari lahan yang dijadikan tempat tinggalnya selama ini.
Kasus hampir mirip terjadi pada seorang ibu di Bogor yang digugat anaknya
dengan tudingan telah menggelapkan rumah milik keluarga.
Kejadian lain yang sekalipun
tidak menghebohkan publik, tapi sangat memalukan terjadi di Jambi. Seorang ibu
diamankan polisi setelah diketahui mengandung janin dari benih anak kandungnya
sendiri. Sang wanita yang sudah kehilangan suami sejak 14 tahun lalu itu
berhubungan intim dengan anak lelakinya yang baru berusia 16 tahun hingga dia
hamil delapan bulan. Peristiwa serupa terjadi di Sulawesi. Na'udzubillahi
min dzalik.
Sementara, Batam turut
menyajikan kisah tak kalah buram terkait peran ibu. Seorang perempuan hamil
dilaporkan tetangganya ke polisi lantaran suka menganiaya anak kandungnya yang
berusia tiga tahun. Sang ibu diduga depresi karena sedang mengandung anak
keempat, sedangkan ketiga anaknya masih kecil.
Sebaliknya, terjadi sebuah
peristiwa heroik di Cina. Seorang ibu menangkap lengan anaknya yang berusaha
bunuh diri dengan meloncat dari jembatan di Huizhou, Cina selatan, Provinsi
Guangdong. Ia bertahan untuk memegang tangan putranya yang bergelantungan
selama 20 menit sampai petugas pemadam kebakaran tiba di tempat kejadian dan
menariknya ke tempat yang aman. Sebenarnya perempuan tersebut sudah tak kuat
lagi menahan, tapi ia tetap memaksakan diri hingga bantuan datang.
Kontras dengan kejadian di
atas, berita bunuh diri justru dilakukan beberapa ibu di Tanah Air. Tindakan
nekat seperti yang dilakukan wanita berusia 25 tahun di Penajam Paser Utara
(PPU), Kalimantan Timur, misalnya. Dia ditemukan tergeletak tak bernyawa setelah
meminum pembersih WC. Perselingkuhan sang suami membuatnya mengambil keputusan
pendek, luput memikirkan kebutuhan buah hati yang masih kecil akan sosok ibu.
Di Tangerang, kasusnya lebih
memprihatinkan lagi. Seorang perempuan muda nekat bunuh diri dengan meminum
cairan pembersih lantai sambil menyusui anaknya. Sang ibu tewas di dalam kamar
kontrakan yang terkunci dari dalam, sementara bayinya ditemukan dalam kondisi
membiru dengan mulut berbusa, tapi berhasil diselamatkan.
Di Jawa Timur, tepatnya daerah Lumajang,
seorang perempuan gantung diri di kamar mandi saat suaminya terlelap di dalam
kamar. Ia nekat bunuh diri karena stres lantaran ditinggal anaknya bekerja ke
luar Jawa.
Kisah berbeda datang dari
Afghanistan. Seorang ibu melancarkan aksi balas dendam terhadap kaum militan
Taliban yang telah menembak mati putranya. Perempuan bernama Reza Gul menembak
mati 25 anggota Taliban dan melukai lima orang lainnya dalam sebuah pertempuran
bersenjata selama tujuh jam. Diapit putri dan menantu perempuannya, Gul memimpin
serangan balasan terhadap para pembunuh putranya.
Betapa beraneka potret ibu yang
bisa ditemukan saat ini. Jauh berbeda dengan yang kita akrabi belasan tahun,
puluhan tahun, bahkan berabad lalu. Dulu, sosok ibunda selalu diidentikkan
sebagai malaikat pelindung ananda. Kini, banyak di antaranya yang tidak tahu
harus bagaimana, bahkan menjadi kehilangan akal.
Teringat sosok ibu inspiratif
yang juga menghiasi pemberitaan di Tanah Air. Nafisah Ahmad Shahab namanya,
pantas disebut bunda super. Dari 12 anak hasil pernikahan dengan almarhum Habib
Alwi Idrus Shahab, sepuluh di antaranya berhasil merampungkan kuliah di
kedokteran. Tujuh di antara mereka merupakan dokter spesialis. Berkat prestasi
langka ini, Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri) mengganjar keluarga asal
Palembang, Sumatra Selatan, tersebut dengan gelar Profesi Dokter Terbanyak
dalam Satu Keluarga.
Ada juga Ibu Hj Wirianingsih,
ibu yang telah sukses mencetak ke-10 buah hatinya menjadi penghafal Alquran.
Semoga Allah meluruskan dan menguatkan kembali tekad para bunda untuk
menggoreskan hanya kenangan terindah akan sosok mereka di hati
ananda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar