Sabtu, 07 Februari 2015

PEMIMPIN YANG AMANAH

Seorang pemimpin bersungguh-sungguh menjaga diri menjadi orang yang hidup benar di jalan Allah (shiddiq), yang kedua adalah harus benar-benar memiliki kemampuan menjaga amanah. Dalam Alquran Rasulullah SAW diperintahkan untuk menyampaikan, "inni lakum rasuulun amiin", sesungguhnya aku adalah utusan Allah yang tepercaya bagimu.
Al Amin adalah orang yang amanah, tepercaya, dan bertanggung jawab. Siapapun yang menjadi pemimpin hendaklah bertanya, "Apakah saya dipercaya atau tidak oleh orang yang saya pimpin? " Setiap orang merasa ragu kepada kita, maka kesediaan mereka untuk mematuhi apalagi berkorban menjadi minimal. Semakin banyak keraguan semakin tidak efektif dalam memimpin. Bagaimana agar orang percaya dan tidak ragu kepada kita?
Pertama, pemimpin yang amanah adalah orang yang menjadi kuburan bagi aib orang lain, bukan yang sering membeberkan kekurangan karyawannya, apalagi membeberkan kekurangan anggotanya. Makin banyak membeberkan rahasia dan kekurangan orang lain, makin jatuh kredibilitasnya. Berhati-hatilah terhadap orang yang sering menceritakan aib orang lain karena jika ia berani menceritakan aib-aib orang lain kepada kita, apa sulitnya dia menceritakan aib kita kepada orang lain.
Kedua, pemimpin yang amanah setiap kali mengucapkan janji berusaha sekuat tenaga memenuhinya. Nabi Muhammad SAW pernah tiga hari tiga malam datang ke sebuah tempat hanya karena ada janji dan orang yang berjanjinya lupa, tetapi Nabi tidak marah, karena keberuntungan bagi beliau adalah kemampuan memenuhi janji. Seringkali orang mudah memberi janji dan melupakannya, tapi orang yang diberi janji biasanya tidak akan lupa.
Pemimpin yang amanah bisa dilihat dari kehati-hatiannya berjanji, sedikit janjinya, tetapi selalu ditepati. Saat pemilu mendatang, berhati-hatilah terhadap calon pemimpin yang mudah mengobral janji. Seorang calon pemimpin yang banyak memberikan janji jangan langsung dipercaya. Jika akan memilih pemimpin, lebih baik pilihlah orang-orang yang sepanjang hayatnya memberikan bukti daripada yang hanya bisa memberikan janji.
Setiap amanah yang akan diberikan kepada kita harus benar-benar diperhitungkan terlebih dahulu apakah mampu mempertanggungjawabkannya atau tidak. Setiap pejabat tentu mengucapkan sumpah sebelum mengawali tugasnya. Menyebut sumpah itu sudah merupakan janji, apalagi menyebut 'Demi Allah'. Orang yang mempunyai jabatan, pangkat, kedudukan, jika dia tidak mampu mempertanggungjawabkannya, maka semuanya itu justru menjadi jalan kehinaan bagi dirinya. Terlebih lagi masyarakat kita sekarang sudah semakin kritis. Semakin tinggi jabatan, jika terjatuh (karena tidak amanah), maka bantingannya akan semakin meremukkan. Oleh karenanya jangan tamak dengan kekuasaan dan jabatan, tapi bersungguh-sungguhlah menunaikan tanggung jawab.
Ketiga, pemimpin yang amanah akan bertanggung jawab terhadap setiap perkara sekecil apapun. Setiap berkata benar-benar tidak ada keraguan, tidak meremehkan waktu walau sedetikpun, karena detik juga berharga (telat sedetik, semenit, sejam, semuanya sama saja yaitu telat), jika jual beli pantang mengambil hak orang lain. Membangun kepemimpinan diawali dengan amanah terhadap hal-hal kecil terlebih dahulu.
Pemimpin yang baik tidak hanya sukses di kantor, tapi juga harus sukses di rumah. Tidak sedikit para pemimpin yang mampu mengatur sistem, kantor, atau perusahaan dengan baik, tetapi tidak berhasil membangun keluarganya dengan baik. Tidak sedikit pejabat yang terjatuh akibat istrinya tidak dibina dengan baik.
Oleh karena itu didiklah keluarga, istri, dan anak-anak kita. Jika tidak, maka kita bisa jatuh oleh istri dan anak-anak kita sendiri. Firman Allah dalan Alquran: "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka, dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang." (QS At Taghaabun [64]:14). Oleh karenanya bersungguh-sungguhlah membina rumah tangga karena Yang Mahaagung mengaruniakan kepada kita sifat amanah.
Adik saya yang lumpuh pernah menasihati sebelum beliau wafat, "Aa tidak akan pernah tenang dan bahagia sebelum Aa kenal dan taat kepada Allah. Dan Aa tidak akan pernah mencapai kemuliaan yang hakiki kecuali Aa meniru Rasulullah SAW."
Kita akan meniru orang yang kita anggap sukses dan berhasil. Tetapi parameter kesuksesan dan keberhasilan yang dipahami oleh sebagian besar umat Islam saat ini seringkali tidak sesuai dengan standar kemuliaan yang sesungguhnya.
Banyak yang keliru mengidolakan figur yang akan ditirunya. Anak-anak kita hanya meniru figur-figur kartun. Para remaja banyak yang meniru figur yang tidak tepat. Para wanita banyak yang meniru mode artis yang tidak mencerminkan rasa malu, sehingga akhirnya menjatuhkan harga diri wanita itu sendiri. Padahal kualitas keimanan itu berbanding lurus dengan rasa malu. Makin berkurang rasa malu, maka makin rendah kualitas keimannya.
Kita sering tidak serius mengkaji siapa yang harus kita tiru. Alangkah beruntungnya jikalau orang yang kita tiru itu adalah puncak kesuksesan dalam segala hal. Firman Allah, "Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu contoh dan suri teladan yang baik." Sejarah pun mengakui bahwa pengaruh Rasul SAW begitu menggelegar di seisi alam ini, bahkan monumental sampai sekarang. Nabi Muhammad SAW selain sebagai seorang pedagang yang sukses juga pemimpin agama sekaligus kepala negara yang sukses.
Jarang ada nabi yang seperti ini. Ada yang hanya sukses memimpin agama, tapi tidak berhasil memimpin keluarganya, tetapi semua contoh suri teladan yang kita butuhkan sudah ada pada diri Rasul SAW. Jadi, sebenarnya kita sudah menemukan figur yang layak dijadikan idola.
Masalahnya adalah adakah di rumah kita buku-buku dan referensi tentang Nabi Muhammad? Oleh karenanya marilah sekarang kita mulai membeli, membaca dan mempelajari buku-buku seputar Nabi Muhammad SAW. Setiap hari bacalah satu saja dari perilaku nabi kemudian cobalah untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak wartawan yang bertanya tentang bagaimana saya mencapai kesuksesan. Rahasianya adalah pertama, setiap hari harus mencari kekurangan diri untuk diperbaiki.
Kedua, setiap hari harus mendapatkan ilmu bagaimana nabi bersikap, agar dapat ditiru sedikit demi sedikit, sehingga dapat berbuat lebih baik. Itu saja. Nabi murah senyum, maka saya ikut senyum. Nabi ramah kepada istrinya, maka saya belajar ramah kepada istri, sehingga istri semakin mesra. Nabi tidak pernah marah kepada para pembantunya, maka saya belajar menahan diri untuk tidak marah, sehingga mereka lebih rajin bekerjanya.
Nabi wirausahawan, maka saya ikut berdagang (walaupun kecil kecilan) sambil belajar jujur. Alhamdulillah, pembeli semakin banyak dan perusahaan semakin maju. Nabi dermawan, maka saya berusaha untuk banyak memberi walaupun belum sanggup semuanya. Nabi menyampaikan dengan baik, maka saya belajar berbicara dengan baik, sampai sekarang didengarkan oleh ibu-ibu dan bapak-bapak, bahkan ada yang menghargai dan menghormati.
Baru belajar sedikit-sedikit memimpin seperti nabi saja hasilnya diluar dugaan. Jadi, rahasianya adalah belajar meniru nabi. Standar perilaku mulai dari hal yang terkecil dicontohkan oleh beliau dengan sangat prima. Misalnya, beliau sangat memuliakan tamu, tidak jarang memberikan minuman dan makanan sendiri. Saat tamu akan pulang, mengantar tamunya sampai ke pintu. Beliau tidak pernah menyelonjorkan kaki sekalipun di depan anak kecil, saking santunnya.
Selain itu beliau juga sangat penyayang kepada anak-anak, suka mengecup dan memangku mereka. Ketika ada bayi yang pipis di pangkuannya, beliau tidak marah, bahkan tidak bergerak, tetap tenang saja karena khawatir melukai jiwanya.
Kalau kita merasa kurang berwibawa di rumah, di sekolah, di kantor atau di manapun, maka evaluasilah diri kita, apakah perilaku kita mirip dengan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah atau tidak.
Pendeknya, siapapun yang ingin hidup ini bahagia, mulia, dan bermartabat, maka pelajari dan tirulah Nabi Muhammad SAW dengan ikhlas. Semoga Allah Yang Mahaagung mengaruniakan kepada kita kemampuan untuk menyuri teladani figur yang benar-benar dipilih dan disukai oleh Allah yaitu Muhammad SAW.
(hidayah, hikmah, keyakinan, takwa, syukur.)


***)republika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar