Kisah, Hidayah Tuhan.
Sebuah siasat yang cukup lihai terlahir dari pemikiran seorang Salman Al Farisi ra, sahabat Rasulullah SAW
yang mencatat pengalaman ketika kecamuk perang terjadi di negeri Persi.
Salman Al Farasi tampillah mengajukan usul kepada Rasulullah
SAW, yaitu suatu rencana yang belum pernah dikenal oleh orang-orang Arab dalam
peperangan mereka selama ini.
Rencana itu
berupa penggalian khandaq atau parit perlindungan sepanjang daerah terbuka
keliling kota. Dan hanya Allah yang lebih mengetahui apa yang akan dialami Kaum
Muslimin dalam peperangan itu seandainya mereka tidak menggali parit atau usul
Salman tersebut.
Begitu
Quraisy menyaksikan parit terbentang di hadapan, mereka merasa terpukul melihat
hal yang tidak disangka-sangka itu. Hingga tidak kurang sebulan lamanya
kekuatan mereka bagai terpaku di kemah-kemah karena tidak berdaya menerobos
kota.
Kisah, Hidayah, Tuhan. Pada suatu malam, sebagaimana sebuah
tulisan yang dilansir republika, disebutkan bahwa Allah SWT mengirim angin
topan yang menerbangkan kemah-kemah dan memporak-porandakan tentara mereka. Abu
Sufyan pun menyerukan kepada anak buahnya agar kembali pulang ke kampung mereka
dalam keadaan kecewa dan berputus asa serta menderita kekalahan pahit.
Sewaktu
menggali parit, Salman tidak ketinggalan bekerja bersama kaum Muslimin yang
sibuk menggali tanah.Juga Rasulullah SAW ikut membawa tembilang dan membelah
batu. Kebetulan di tempat penggalian Salman bersama kawan-kawannya, tembilang
mereka terbentur pada sebuah batu besar.
Salman,
seorang yang berperawakan kukuh dan bertenaga besar. Sekali ayun dari lengannya
yang kuat akan dapat membelah batu dan memecahnya menjadi pecahan-pecahan
kecil. Tetapi menghadapi batu besar ini ia tak berdaya, sedang bantuan dari
teman-temannya hanya menghasilkan kegagalan belaka.
Salman
pergi mendapatkan Rasulullah SAW dan minta izin mengalihkan jalur parit dari
garis semula, untuk menghindari batu besar yang tak tergoyahkan itu.Rasulullah
pun pergi bersama Salman untuk melihat sendiri keadaan tempat dan batu besar
tadi.
Setelah
menyaksikannya, Rasulullah SAW meminta sebuah tembilang dan menyuruh para
sahabat mundur dan menghindarkan diri dari pecahan-pecahan batu itu nanti.
Rasulullah lalu membaca basmalah dan mengangkat kedua tangannya yang sedang
memegang erat tembilang itu, dan dengan sekuat tenaga dihunjamkannya ke batu
besar itu. Kiranya batu itu terbelah dan dari celah belahannya yang besar
keluar lambaian api yang tinggi dan menerangi.
(*) by. emil rosmali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar