Hidayah & Kisah. Berita yang dilansir berbagai media
Internasional, menyebutkan bahwa sebanyak 43 orang pasukan elite intelijen
Israel menolak untuk bertempur ke jalur Gaza, Palestina, karena menilai militer
Israel telah melakukan “kekejaman” yang berlebihan terhadap warga Palestina.
“Bagi kami, tindakan tentara
Israel itu bukanlah suatu yang terpuji, melainkan sebuah kekejaman yang amat
sangat dan tidak bisa kami terima, “ujar seorang petinggi pasukan elite
Intelijen Israel, sebagaimana dikutip oleh surat kabar, Yediot Ahronot di
Israel.
Pasukan elit tersebut
membebebarkan ketidak sukaan mereka dalam sebuah surat yang terbit berbahasa
ibrani di sini. Isi surat itu merujk kepada kinerja Intelijen Israel di wilayah Palestina yang di duduki,
termasuk target pembunuhan dan pengawasan terhadap warga sipil.
Kami menyerukan kepada seluruh
warga Israel untuk bersuara melawan pelanggaran ini dan bekerjasama untuk
menghentikannya, demikian isi surat yang dimuat di harian Yediot Ahronot.
Ke 43 tentara itu siap
menanggung risiko atas sikap yang mereka ambil baik penahanan dan menjalani
sidang pengadilan militer. Surat itu di tulis sebelum perang 50 hari antara
Israel dan Hamas. Namun anehnya isi surat mengabaikan tingginya korban warga
sipil yang seolah – olah mengabaikan tingginya korban warga sipil Palestina
dalam konflik bersenjata tersebut.
Diungkapkan, sesuai
undang-undang maka setiap pria Israel harus menjalani wajib militer selama tiga
tahun setelah lulus sekolah, sedang para perempuan menjalani dua tahun masa
wajib militer. Banyak warga yang berat melakukan ini, karena sikap tentara
israel yang kurrang peduli terhadap warga sipil di medan perang Palestina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar