Diriwayatkan
oleh Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW berkata, ''Dari sebaik-baik
bukti keislaman seseorang adalah meninggalkan apa-apa yang tidak berkaitan
dengan dirinya.'' Hadis ini mengingatkan kita bahwa bila kita masih sibuk
dengan permasalahan orang lain, maka kualitas iman kita masih dapat
dipertanyakan.
Mempersoalkan hal-hal orang
lain --yang tidak berkaitan dengan diri-- biasa terjadi saat bergosip. Tindakan
ini pula yang disebut ghibah. Rasulullah SAW, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu
Hurairah RA, menjelaskan tentang hal itu.
''Apakah kalian mengetahui
apa itu ghibah?'' Para sahabat menjawab, ''Allah dan Rasul-Nya lebih
mengetahui.''Lalu Rasulullah berkata, ''Ia adalah menyebutkan apa-apa yang ada
dalam saudaramu dari sesuatu yang kurang disukai.''
''Bagaimana apabila memang
itu benar adanya?'' ''Kalau benar apa yang kamu katakan, maka kamu telah
berbuat ghibah, namun apabila yang kamu katakan adalah tidak benar, maka kamu
telah membuat kebohongan atasnya.'' HR Muslim.
Untuk hukumnya, Allah telah
menerangkan dalam surat Al-Hujurat ayat 12, ''Hai orang-orang yang beriman,
jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu
adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah
sebagian dari kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah seseorang di antara
kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka, tentulah kamu merasa
jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima
Tobat lagi Maha Penyayang.''
Selain berbahaya bagi orang
yang digosipkan, ghibah juga berakibat negatif pada pelaku. Pikiran adalah
saluran mental yang menyampaikan pesan positif dan negatif. Bila seseorang suka
membicarakan orang --yang biasanya adalah aib dan keburukannya-- maka secara
tidak langsung, pemancar yang terpasang adalah pemancar negatif yang
menyebabkan ia selalu berpikiran buruk dan mempengaruhi interaksinya dengan
orang lain.
Karena itu, ada bahaya bila
kita mendengar komentar negatif tentang orang lain, karena kita pun akan
berusaha negatif pada orang lain. Lebih berbahaya lagi, kadang tanpa sadar,
orang lebih senang menambahkan bensin dalam pembicaraan negatif tersebut.
Untuk selalu dapat hidup
optimistis, maka janganlah menebarkan pancaran negatif atas orang lain dan
jangan juga mendengarkan pernyataan negatif atas orang lain. Tetaplah selalu
berpikiran positif akan orang lain.
Benjamin Franklin, seseorang
yang sangat tidak bijaksana dalam masa mudanya, bisa menjadi sangat diplomatis
dan begitu mahir dalam menangani hubungan sesama manusia. Rahasia suksesnya?
''Saya tidak akan bicara hal buruk tentang seorang pun,'' katanya. Ia hanya
membicarakan hal baik tentang semua orang.
***) Sari
Narulita (Republika Online)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar