Mengutip salah satu hadis dari
kitab al-Muwattha'(karya Imam Malik), Ibnu Taymiyyah
mengungkapkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah lupa.
Pernyataan ini sejalan dengan kisah yang termuat dalam
kitab Minhaj al-Sunnah jilid 1. Di situ diceritakan bahwa
saat shalat wajib empat rakaat, Nabi lupa menunaikannya dengan jumlah rakaat
berlebih. Hanya, tidak ditegaskan apakah shalat wajib empat rakaat itu Zhuhur,
Ashar, atau Isya.
Selesai shalat, beberapa sahabat bertanya, ''Wahai
Rasulullah, apakah memang ditambah rakaat dalam shalat itu?'' Nabi balik
bertanya, ''Apa yang terjadi?'' Mereka menjawab, ''Engkau ya Rasulullah,
melakukan shalat lima rakaat.'' Maka, dengan amat bijaksana Rasulullah SAW
menjawab, ''Sesungguhnya aku hanyalah manusia. Aku dapat lupa, sebagaimana kamu
semua dapat lupa. Maka jika aku lupa, ingatkanlah aku.'' (HR Bukhari-Muslim
dalam kitab al-Shahihayn).
Hadis tersebut menjelaskan, kelupaan Nabi ini merupakan
sifatnya sebagai manusia biasa. Bukan berarti lupa yang ada pada diri Nabi itu
merupakan sesuatu yang rutin. Ini hanya "pelajaran" untuk menjelaskan
bahwa Nabi Muhammad SAW adalah manusia seperti kita. Beliau makan, minum,
beristri, bekerja, dan sebagainya. Sifatnya ini disebut basyariah (kemanusiaan)
Nabi.
Nabi yang merupakan seorang pemimpin meminta para
sahabatnya untuk segera mengingatkan jika beliau lupa. Saat ini, banyak sekali
pemimpin kita yang terkena penyakit lupa. Saat berkampanye, mereka mengumbar
janji. Namun, setelah terpilih, ia seolah-olah melupakan janjinya. Masyarakat
yang sudah telanjur memegang janji pun menjadi kecewa. Maka, wajar jika
masyarakat kemudian mencoba mengingatkan pemimpinnya lewat dialog ataupun unjuk
rasa.
Sumber :
Pusat Data Republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar