Kamis, 01 Januari 2015

"ALLAH SELALU MELINDUNGI"

 "ALLAH  SELALU MELINDUNGI"

Tokoh & Pendidikan.     Mungkin agaj jarang menemukan warga kulit putih dari Virginia, Amerika Serikat (AS) menjadi Muslim seperti Sa’ad Laws. Ia hanya anak dari keluarga yang utuh dan harmonis. Keluarga  kecil yang terdiri atas ayah, ibu, dua saudara perempuan, dan seorang saudara laki-laki. Tapi, agama selalu jadi topik aneh dalam obrolan keluarga mereka. Bagi mereka agama adalah urusan  dalam hati masing-masing.
Memasuki masa SMA. Laws menyadari ada yang sedikit berbeda pada dirinya. Ia tidak seperti kebanyakan remaja lain yang mencari makna hidup dengan berkeliaran di jalan. Meski ia bergaul dengan kelompok alternatif, ia tak pernah merasa benar-benar menjadi bagiannya. Mereka membicarkan musik, saling mengejek, dan terkadang menggunakan  narkotika.
Di sisi lain, Laws juga tertarik dengan Black Panters, Medgar Evers, dan  Malcolm X. Meski agak konyol, diakuinya ia terpikir menjadi orang kulit hitam. Saat berada di bangku kelas 11, ia mulai membaca autobiografi Malcolm X yang ia juluki pemimpin tertinggi antikulit putih. Semakin ia baca buku itu, semakin ia masuk dalam cerita hidup Malcolm X.
Tokoh & pendidikan.    Laws menilai Malcolm X sangat luar biasa. Pria yang awalnya bukan siapa siapa menjadi sedemikian berpengaruh dalam sejarah AS. Hingga di bab Makkah,  Laws merasakan sesuatu. Di sana, Malcolm X bercerita ia tak hanya terpengaruh oleh kebaikan Muslim saat berhaji, tapi lebih dari itu, karena Islam itu sendiri. Laws lalu bertanya siapa mereka (Muslim)? Guna memuaskan penasaran, Laws mencari buku tentang buku Islam yang di baca, ia terpukau karena ia menemukan banyak kesamaan: Tuhan itu Esa, Isa adalah nabi dan Rasul.
Saat itu Laws mulai menganggap dirinya Muslim. Jika ditanya apa agamanya, ia akan menjawab Islam meski ia belum resmi mengikrarkan syahadat. Ia sempat merasa naif karena ia tahu Muslim harus shalat, tapi ia tidak tahu bagaimana melakukannya, berapa jumlah rakaatnya dan lain-lain.
Tak ada satupun yang mengajarinya menjadi pemuda yang mengaku sebagai Muslim. Hingga akhirnya, ia agak malu saat ada seorang  temannya yang menegur bagaimana ia mengaku Muslim jika jika tidak ada shalat. Dan akhirnya Laws bisa berbicara dengan pengurus masjid via telepon. Mereka menyambut baik antusiasme Laws terhadap Islam. Sayangngnya, tak ada cara lain untuk bertemu komunitas Muslim yang lebih besar selain datang langsung ke Masjid di Washington. Meminta pihak masjid datang ke rumahnya pun bukan ide cemerlang.
Jika ditanya, lalu apa yang membuat-nya menjadi Muslim? “Itu adalah keinginan Allah SWT. Allah SWT sendiri yang menunjukkan saya jalan ini, “kata dia Laws merasa diselamatkan dari api neraka dan kesia-siaan.




***)nashih nasrullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar