Jumat, 09 Januari 2015

TAWAKAL SEPERTI BURUNG


hidayah, keyakinan, kisah, tawakal.     Tatkala Nabi Musa Asditugaskan Allah untuk berangkat mendakwahi Firaun, ia sempat mencemaskan nafkah keluarganya yang akan ia tinggalkan. Bagaimana nasib keluarganya nanti sepeninggalnya? Inilah yang sempat ia tanyakan kepada Allah kala itu.
Allah SWT pun berfirman kepada nabi bangsa Israel, “Hai Musa ! pukulkan tongkatmu ke batu besar yang ada di hadapan mu.”
Cukup sulit bagi Musa untuk mengahancurkan batu yang diperintahkan Allah. Kendati di daulat sebagai manusia terkuat di muka bumi, setidaknya ia perlu beberapa kali pukulan untuk menghancurkan bat yang sangat besar itu.
Alangkah kagetnya Musa, dalam bongkahan batu besar yang ia pecahkan, ternyata ada seekor ulat yang tengah asyik melahap sebuah daun segar. Dengan rahmat Allah, ia pun diperdengarkan suara ulat tersebut yang tengah bertasbih memuji Allah SWT. Musa pun mantap bahwa makhluk Allah yang menjamin setiap makhluk ciptaan Nya.
Inilah kisah yang menjadi asbabun nazul surah al-Ankabut ayat 60. “Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) mengurus rezekinya sendiri. Allah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
hidayah, keyakinan, kisah, tawakal..   Kegagalan akan rezeki yang dialami Musa hampir-hampir serupa dengan yang dialami setiap manusia. Susahnya penghidupan, hrga yang terus naik, gaji yang ak sebanding dengan kebutuhan, merupakan beberapa perkara yang sering dikeluhkesakan manusia.
Sungguh mustahil bagi Allah menciptakan makhluk-Nya, tetapi tidak menciptakan rezekinya. Tidak mungkin Allah meciptakan perut tanpa menciptakan isinya. Lantas, apa sebenarnya yang di khawatirkan manusia tentang rezeki? Banyak yang mencemaskan, dengan gaji kecil bagaimana ia akan membeli susu untuk anaknya. Namun, yakinkah ia bahwa setiap anak yang lahir ke dunia sudah ditetapkn Allah rezeki, umutr, jodoh, dan nasibnya?
Hakikat bertawakal adalah berusaha sekuat mungkin, kemudianmenyerah kam segala hasilnya kepada Allah SWT seekor burung tidak pernah cemas dengan rezekinya. Iaberangkat dari sarangnya untuk mencari rezeki, kemudian pada sore harinya ia sudah pulang dengan perut yang kenyang. Bahkn ia pun membwa bekal untuk anak-anak nya yang menunggu di sarang. Apakah pernah burung tersebut kelapran? Tentu tidak karena Allah-lah yang menjamin rezekinya.
Tidak ada seekor burung pun yang galau krena tidak dapat makan. Namun manusia tidak sedikit yang putus asa bahkan memilih jalan bunuh diri karena perliknya hidup. Tawakal layaknya burung juga di janjikan surga dari Allah SWT. Seperti hadis dari Abu Hurairah RA, “Akan mauk suga suatu kaum jika hati mereka seperti hati burung. (HR Bukhari)
Rezeki merupakan urusannya Allah SWT semata. Namun urusan ini terkadang diambil oleh manusia. Ia coba coba untuk memikirkan rezekinya, keluarganya, karyawannya, dan orang orang yang menjadi tanggungannya.
Betapa paniknya manusia ketika ia jauh dari tawakal. Sungguh, kegelisahan yang manimpa kebanyakan umat Islam karena ketiadaan tawakal dalam hatinya. Sebaliknya, alangkah tenangnya hidup ketika semuanya disandarkan kepada Allah SWT.
Bukanlah bertawakal mereka yang hanya berpangku tangan dan menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah tanpa mau berusaha. Uang dan makanan tidak akan turun dengan sendirinya dari langit. Seperti halnya burung, tak akan kenyang sarangnya untuk mencari makanan.
Allah pasti menjamin rezeki bagi tiap hamba-Nya. Jadi, bagi orang yang bukan mencari rezeki. Karena menjemput adalah mengambil sesuatu yang sudah ada dan dijaminkan Allah untuknya, sedangkan mencari berarti berusaha menemukan sesuatu yan belum pasti.



 ***)republika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar