hidayah, keyakinan, kisah, tawakal. Tatkala Nabi Musa Asditugaskan
Allah untuk berangkat mendakwahi Firaun, ia sempat mencemaskan nafkah
keluarganya yang akan ia tinggalkan. Bagaimana nasib keluarganya nanti
sepeninggalnya? Inilah yang sempat ia tanyakan kepada Allah kala itu.
Allah SWT pun berfirman kepada
nabi bangsa Israel, “Hai Musa ! pukulkan tongkatmu ke batu besar yang ada di
hadapan mu.”
Cukup sulit bagi Musa untuk
mengahancurkan batu yang diperintahkan Allah. Kendati di daulat sebagai manusia
terkuat di muka bumi, setidaknya ia perlu beberapa kali pukulan untuk
menghancurkan bat yang sangat besar itu.
Alangkah kagetnya Musa, dalam
bongkahan batu besar yang ia pecahkan, ternyata ada seekor ulat yang tengah
asyik melahap sebuah daun segar. Dengan rahmat Allah, ia pun diperdengarkan
suara ulat tersebut yang tengah bertasbih memuji Allah SWT. Musa pun mantap
bahwa makhluk Allah yang menjamin setiap makhluk ciptaan Nya.
Inilah kisah yang menjadi
asbabun nazul surah al-Ankabut ayat 60. “Dan berapa banyak binatang yang tidak
(dapat) mengurus rezekinya sendiri. Allah yang memberi rezeki kepadanya dan
kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
hidayah, keyakinan, kisah, tawakal.. Kegagalan akan rezeki yang
dialami Musa hampir-hampir serupa dengan yang dialami setiap manusia. Susahnya
penghidupan, hrga yang terus naik, gaji yang ak sebanding dengan kebutuhan,
merupakan beberapa perkara yang sering dikeluhkesakan manusia.
Sungguh mustahil bagi Allah
menciptakan makhluk-Nya, tetapi tidak menciptakan rezekinya. Tidak mungkin
Allah meciptakan perut tanpa menciptakan isinya. Lantas, apa sebenarnya yang di
khawatirkan manusia tentang rezeki? Banyak yang mencemaskan, dengan gaji kecil
bagaimana ia akan membeli susu untuk anaknya. Namun, yakinkah ia bahwa setiap
anak yang lahir ke dunia sudah ditetapkn Allah rezeki, umutr, jodoh, dan
nasibnya?
Hakikat bertawakal adalah
berusaha sekuat mungkin, kemudianmenyerah kam segala hasilnya kepada Allah SWT
seekor burung tidak pernah cemas dengan rezekinya. Iaberangkat dari sarangnya
untuk mencari rezeki, kemudian pada sore harinya ia sudah pulang dengan perut
yang kenyang. Bahkn ia pun membwa bekal untuk anak-anak nya yang menunggu di
sarang. Apakah pernah burung tersebut kelapran? Tentu tidak karena Allah-lah
yang menjamin rezekinya.
Tidak ada seekor burung pun yang
galau krena tidak dapat makan. Namun manusia tidak sedikit yang putus asa
bahkan memilih jalan bunuh diri karena perliknya hidup. Tawakal layaknya burung
juga di janjikan surga dari Allah SWT. Seperti hadis dari Abu Hurairah RA,
“Akan mauk suga suatu kaum jika hati mereka seperti hati burung. (HR Bukhari)
Rezeki merupakan urusannya
Allah SWT semata. Namun urusan ini terkadang diambil oleh manusia. Ia coba coba
untuk memikirkan rezekinya, keluarganya, karyawannya, dan orang orang yang
menjadi tanggungannya.
Betapa paniknya manusia ketika
ia jauh dari tawakal. Sungguh, kegelisahan yang manimpa kebanyakan umat Islam
karena ketiadaan tawakal dalam hatinya. Sebaliknya, alangkah tenangnya hidup
ketika semuanya disandarkan kepada Allah SWT.
Bukanlah bertawakal mereka
yang hanya berpangku tangan dan menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah
tanpa mau berusaha. Uang dan makanan tidak akan turun dengan sendirinya dari
langit. Seperti halnya burung, tak akan kenyang sarangnya untuk mencari
makanan.
Allah pasti menjamin rezeki
bagi tiap hamba-Nya. Jadi, bagi orang yang bukan mencari rezeki. Karena
menjemput adalah mengambil sesuatu yang sudah ada dan dijaminkan Allah
untuknya, sedangkan mencari berarti berusaha menemukan sesuatu yan belum pasti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar