Sabtu, 03 Januari 2015

PAHALA ORANG YANG TERANIAYA

 PAHALA ORANG TERANIAYA

kisah, hidayah, takwa, pendidikan.      Dalam Kitab Ushfuriyah karya Muhammad bin Abu Bakar al-Ushfuri dikisahkan, Ibrahim bin Azham sebelum masuk Islam memiliki 72 orang budak (hamba sahaya). Namun setelah masuk Islam, ia memerdekakan seluruh budaknya, kecuali satu orang.
Hal itu disebabkan si hamba sahaya ini suka minum minuman keras dan mabuk-mabukan. Pada suatu hari, sang budak kembali mabuk-mabukan. Tanpa disadarinya, ia bertemu dengan tuannya, yakni Ibrahim bin Azham. Si budak pun meminta diantarkan pulang.
“Wahai fulan, tolong antarkan aku kerumahku,” ujarnya. Ibrahim pun mengantarkannya. Namun bukan diantar ke rumah, melainkan ke kuburan. Mengetahui tempat yang dituju adalah kuburan marahlah si budak tersebut.
Ia pun memukul Ibrahim dengan keras hingga jatuh tersungkur. Bukankah aku minta diantar kerumah. Mengapa kau antar aku ke kuburan?” tanyanya. Ibrahimm pun lantas segera bangkit dan berkata kepada si budak.
“Wahai orang yang pecah kepalanya, wahai orang yang sedikit otaknya, ini (kuburan) adalah rumah yang sebenarnya. Yang lain hanyalah majazi,” ujar Ibrahim. Mendengar jawaban itu, bukannya tambah sadar, si budak malah makin marah. Ia pun kembali memukuli Ibrahim.
Ibrahim pun berkata “Semoga Allah mengampunimu dan aku membebaskanmu. “Tapi, lagi-lagi si budak justru memukulinya berkali-kali dengan penuh amarah. Ibrahim terus mendoakan sibudak agar perbuatannya diampuni Allah SWT dan diberi petunjuk kejalan Islam. Akhirnya datanglah seseorang menghentikan perbuatan buruk si budak itu. “Wahai fulan, apa yang kamu lakukan? Mengapa engkau memukuli tuanmu? Tanya laki-laki yang menghentikan perbuatan buruknya tadi. Kesadaran mulai menghinggapi pikirannya. “Siapa ini?”
kisah, hidayah, takwa, pendidikan.     Laki-laki itupun menceritakan orang yang dipukulinya itu adalah tuannya, Ibrahim bin Azham. Si budak yang sudah dimerdekakan ini pun kemudian meminta maaf atas perbuatannya tadi. .”Ia lalu berkata. “Wahai Tuan, maafkan kesalahanku.” Ibrahim pun memaafkannya.
Si budak yang telah dimerdekakan ini berkata,”Wahai Tuan, aku telah memukuli dan menyakitimu. Namun, engkau selalu saja berdoa yang terbaik untukku dan berkata semoga Allah mengampuniku.”
Ibrahimpun berkata, “Bagaimana aku tak mendoakanmu sebab karena perbuatanmu itu yang bisa mengantarkanku ke surga. Maka sudah selayaknya aku memohon doa kepada Allah agar ia mengampunimu.” Ujarnya.
Dari kisah tersebut dapat diambil kesimpulan, seburuk apapun perbuatan orang kepada kita. Sudah selayaknya kita tidak membalasnya dengan keburukan pula.
Sebab jika kita membalas perbuatannya dengan keburukan pula, kita ikut berbuat zalim. Agama mengajarkan, bila melihat kemungkaran, kita harus mengubah nya (menghentikannya) dengan kekuasaan yang dimiliki. Wallahu A’lam.



***)republika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar