Minggu, 04 Januari 2015

KEKUATAN KECERDASAN KETIGA


Hidayah, keyakinan, kisah.      Kalangan ilmuwan modern membagi kekuatan kecerdasan dalam tiga kelompok, yaitu kecerdasan Intelektual (IQ), kecerdasan emosional(EQ), dan kecerdasan Spiritual (SQ). Kecerdasan terakhir ini lama sekali tidak diakui dunia barat. Dona Zohar, salah seorang diantaranya yang mempromosika kecerdasan ini ke dunia Barat hingga sekarang menjadi populer. Dalam Islam, kecerdasan ketiga ini sudah lama dikembangkan ilmuwan Muslim, khususnya pada abad pertengahan.
Misalnya Imam Aal-Ghazali (wafat 1111 Masehi) dan beberapa sufi lainnya. Model kecerdasan spiritual ini diperkenalkan dalam beberapa istilah, seperti dapat dilihat dalam konsep mukasyafah dan konsep ma’rifah al-Ghazali. Menurut al-Ghaazali kecerdasan spiritual dalam bentuk mukasyafah (penyingkapan langsung) diperoleh setelah (ruhsung) terbebas dan berbagai penyakit duniawi, berbagai penyakit jiwa, termasuk dosa dan maksiat.
hidayah, keyakinan, takwa.     Mukasyafah merupakan target terakhir para pencari kebenaran dan mereka yang berkeinginan meletakkan keyakinannya diatas kepastian. Kepastian yang mutlak tentang kebenaran hanya mungkin dicapai ketika ruh tidak lagi terselubung khayalan dan pikiran. (Lihat Muqadimah lhya Ulum al-Din) menurutnya, kecerdasan spiritual dapat diperoleh melalui wahyu atau ilham. Wahyu merupakan kata-kata (kalam) yang mengammbarkan hal yang tidak dapat dilihat secara umum, diturunkan Allah kepada Nabi-nya untuk disampaikan kepada setiap orang.
Sedangkan ilham hanya merupakan pengungkapan (mukasyafah) kepada manusia pribadi yang disampaikan langsung masuk kedalam batin seseorang. Al-Ghazali tidak membatasi ilham itu hanya pada wali, tetapi diperuntukkan kepada siapaun yang diperkenankan Allah.          Ilham berada di wilayah supra conciusnes, sedangkan intuisi hanya merupakan sub-conciusnes. Allah SWT sewaktu-waktu  dapat mengangkat tabir yang membatasi dirinya dengan makhluk-Nya.  Ilmu yang diperoleh secara langsung dari Allah SWT itulah yang disebut ilm al-ladunny oleh al-Ghazli. Orang yang tidak dapat mengakses langsung ilmu pengetahuan dari Nya tidak akan menjadi pandai. Al-Ghazali mengukuhkan pendapatnya dengan mengutip QA a-Baqarah ayat 269. Al –Ghazali sedemikian komperhensif memperkenalkan kecerdasan spiritual, terutama di dalam kitabnya, lhya Ulum al-Din yang bisa dikatakan sebagai masterpiece-nya. Pendapatnya yang komperhensif ini membuatnya dekat dengan berbagai golongan dan aliran. Ia banyak dikutip oleh uamaSyi’ah dan kelompok spiritual dari agama lain.




***)nasaruddin umar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar