Hidayah, keyakinan, kisah. Kalangan ilmuwan modern membagi kekuatan kecerdasan dalam tiga kelompok, yaitu
kecerdasan Intelektual (IQ), kecerdasan emosional(EQ), dan kecerdasan Spiritual
(SQ). Kecerdasan terakhir ini lama sekali tidak diakui dunia barat. Dona Zohar,
salah seorang diantaranya yang mempromosika kecerdasan ini ke dunia Barat
hingga sekarang menjadi populer. Dalam Islam, kecerdasan ketiga ini sudah lama
dikembangkan ilmuwan Muslim, khususnya pada abad pertengahan.
Misalnya Imam Aal-Ghazali (wafat 1111
Masehi) dan beberapa sufi lainnya. Model kecerdasan spiritual ini diperkenalkan
dalam beberapa istilah, seperti dapat dilihat dalam konsep mukasyafah dan
konsep ma’rifah al-Ghazali. Menurut al-Ghaazali kecerdasan spiritual dalam
bentuk mukasyafah (penyingkapan langsung) diperoleh setelah (ruhsung) terbebas
dan berbagai penyakit duniawi, berbagai penyakit jiwa, termasuk dosa dan
maksiat.
hidayah, keyakinan, takwa. Mukasyafah merupakan target terakhir para pencari kebenaran dan mereka yang
berkeinginan meletakkan keyakinannya diatas kepastian. Kepastian yang mutlak
tentang kebenaran hanya mungkin dicapai ketika ruh tidak lagi terselubung
khayalan dan pikiran. (Lihat Muqadimah lhya Ulum al-Din) menurutnya, kecerdasan
spiritual dapat diperoleh melalui wahyu atau ilham. Wahyu merupakan kata-kata
(kalam) yang mengammbarkan hal yang tidak dapat dilihat secara umum, diturunkan
Allah kepada Nabi-nya untuk disampaikan kepada setiap orang.
Sedangkan ilham hanya merupakan
pengungkapan (mukasyafah) kepada manusia pribadi yang disampaikan langsung
masuk kedalam batin seseorang. Al-Ghazali tidak membatasi ilham itu hanya pada
wali, tetapi diperuntukkan kepada siapaun yang diperkenankan
Allah. Ilham berada di
wilayah supra conciusnes, sedangkan intuisi hanya merupakan sub-conciusnes. Allah
SWT sewaktu-waktu dapat mengangkat tabir yang membatasi dirinya dengan
makhluk-Nya. Ilmu yang diperoleh secara langsung dari Allah SWT itulah
yang disebut ilm al-ladunny oleh al-Ghazli. Orang yang tidak dapat mengakses
langsung ilmu pengetahuan dari Nya tidak akan menjadi pandai. Al-Ghazali mengukuhkan
pendapatnya dengan mengutip QA a-Baqarah ayat 269. Al –Ghazali sedemikian
komperhensif memperkenalkan kecerdasan spiritual, terutama di dalam kitabnya,
lhya Ulum al-Din yang bisa dikatakan sebagai masterpiece-nya. Pendapatnya yang
komperhensif ini membuatnya dekat dengan berbagai golongan dan aliran. Ia
banyak dikutip oleh uamaSyi’ah dan kelompok spiritual dari agama lain.
***)nasaruddin umar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar