Selasa, 13 Januari 2015

TIDAK ADA PACARAN DALAM ISLAM

 TIDAK ADA PACARAN DALAM ISLAM

Anak muda masa kini mana, yang tidak kenal dengan pacaran? Hampir semua generasi muda pernah mengalami hubungan di luar ikatan sakral pernikahan itu. Banyak yang bilang, tidak memiliki pacar itu ketinggalan jaman. Faktanya, orang-orang terdahulu banyak yang tidak pacaran. Lalu, yang ketinggalan jaman itu siapa? Islam jelas melarang yang namanya hubungan lawan jenis pra nikah, hal itu sama saja dengan zina. Dikategorikan zina, sebab pacaran identik dengan bercengkrama berdua antara laki-laki dan perempuan non mahrom,  baik di tempat sepi maupun ramai (khalwat). Dalam Al-Qur’an Surah Al-Isro’ (15:32) Allah SWT memerintahkan manusia yang artinya:
 “Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isro’ (15:32)
Bahkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom pun diatur dalam Islam, QS. An-Nur (18:30-31), bahwa laki-laki yang beriman, agar menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih baik bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yan mereka perbuat.
Demikian halnya dengan perempuan yang beriman, mereka juga tidak boleh menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Rasulullah Saw. menganjurkan kepada umat muslim untuk segera menikah jika sudah mampu fisik, materi, maupun mental. Namun jika belum mampu menikah, hendaklah berpuasa. Yang demikian akan menghindarkan kalian dari nafsu syahwat.
Hidup di jaman sekuler memang tidak mudah, yang menerapkan syariat Islam dianggap aneh, lucu, ndeso alias kampungan, bahkan teroris. Yang tidak berpacaran pun dianggap penyuka sesama jenis. Naudzubillahimindzalik... sudah seharusnya kita kembali kepada pribadi islami, pribadi yang dicontohkan Rasulullah Saw. Menyukai lawan jenis itu fitrah, namun jangan sampai lantas mencari pembenaran diri untuk memburu cinta yang semu.
Manusia dilahirkan secara berpasang-pasangan, dari ketika usia 4 bulan di dalam raahim ibunda, manusia ditiupkan ruh dan dituliskan pasangan hidupnya dalam laumul mahfudz. Lantas kenapa harus galau tidak memiliki pacar? Ingat janji Allah, “Laki-laki yang baik adalah untuk wanita yang baik pula. Wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik. Laki-laki yang berzina, untuk wanita yang pezina. Demikian juga sebaliknya. Dan laki-laki yang mendekatkan diri kepada Allah, untuk wanita yang juga mendekatkan diri kepada Allah. Juga sebaliknya.”
Rupanya fenomena married by accident (MBA) tak membuat kaum muda ‘kapok’ dengan pacaran. Bahkan anak menentang orang tua hanya demi sang pacar yang belum tentu akan menjadi pasangan hidupnya, dua jempol untuk ‘orang-orang barat’ yang membudayakan pacaran. Mereka sukses membuat generasi islam lupa jati diri, nekad menerobos aturan Allah.
Hal-hal yang seharusnya tak dilakukan jutru menjadi trendcenter dikalangan pemuda islam, dengan alasan asal tahu batas-batas. Apakah islam hanya cukup dengan sekedar mengingat aturan, tanpa menerapkannya dalam kehidupan? Dalam QS. Al-Baqarah (2:208), diperintahkan manusia yang beriman untuk memasuki islam secara kaffah, dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan.
Sungguh, ketika manusia terjebak dalam permainan setan, ia (setan) justru berbalik arah darimu dan berkata: sesungguhnya aku tidak mengajak mu pada keburukan, tetapi kamu sendiri yang melakukannya. Pacaran bukan jalan satu-satunya untuk mendapatkan pasangan hidup. Mengenal lawan jenis bisa melalui hubungan pertemanan yang biasa, tanpa harus melegalkan ikatan dengan ‘berpacaran’. Menyibukkan diri dengan hal-hal positif seperti, mengikuti kajian islam, mengikuti lembaga kursus atau bimbingan belajar, dan berorganisasi adalah upaya untuk menghindari zina, terlebih ketika kita mengutamakan Sang Pencipta.
hidayah, kisah, pendidikan, takwa.      Jika pacaran bisa berindikasi pada penyakit ‘amnesia ringan’, dengan gejala lupa waktu sholat, lupa makan, lupa isi pulsa karena sering dapat panggilan gratis dari si dia, bahkan lupa dengan orang tua, maka bertaubat adalah obat mujarab mengatasi dampak pacaran. Jangan hiraukan mereka kaum pacaranisme yang mengolok-olok kesendirian anda, katakan saja “aku single tapi mandiri, kamu pacaran tapi dibiayai”.



***)as-sajidin : endang fitriyani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar