Keyakinan, sabar,
syukur. Aktif, kreatif, dan selalu
berpikir positif. Boleh jadi, hal hal itulah yang telah mengantarkan Sadino,
loper koran berusia 72 tahun, menuniakan ibadah haji. “Alhamdulillah saya bisa
menunaikan ibadah haji. Karena panggilan Allah dan usaha saya. Kalau tidak
berusaha karena panggilan Allah, saya belum bisa sampai sini. Saya tidak terbayang
bisa melihat Ka’bah,” kata kakek kelahiran Wonosobo, Jawa Tengah, 30 april 1942
ini.
Dalam kesehariannya, Sadino mengaku mau
mengerjakan apa saja yang bermanfaat bagi orang lain. Mulai dari
memperbaiki WC mampet, listrik yang korsleting, menjadi tukang pijat,
memandikan jenazah, hingga memperbaiki kubah masjid yang bocor. Bahkan, kata
Sadino, dia merupakan satu-satunya orang di Depok Jawa Barat, yang bisa
memperbaiki kubah bocor.
Keyakinan, sabar,
syukur. “Kalau ada orang minta tolong apa
saja saya kerjakan. Pekerjaan yang jorok, seperti memperbaiki WC yang mampet
pun saya kerjakan.” Ujar kakek dari tiga cucu ini. Meskipun sudah berusia lebih
dari 70 tahun, Sadino yang tiba di Makkah pada 19 September lalu sama sekali
tak menunjukkan kelelahan. Ia tampak bugar.
Sehari-hari, ia kerap menggunakan sepeda
ontel untuk memperlancar aktivitas. “Saya sudah terbiasa naik sepeda mengantar
koran setiap hari mulai 04.00 sampai pukul 07.00 WIB. Alhamdulillah, sekarang
sehat-sehat saja,” katanya.
Walau hanya berijazah sekolah dasar,
Sadino mengaku sempat bekerjadi PLN, tepatnya di bagian dieseil. Sekarang
orang bekerja di PLN minimal ijazahnya minimal S-1 ada S-2 dan S-3. Kalau saya
es tong-tong. Dulu tahun 1965 orang gampang sekali dapat pekerjaan. Padahal,
setelah lulus SD hanya kursus montir enam bulan. Katanya tersenyum.
Sejak bekerja di PLN, ia selalu
menyisihkan 10 persen dari gajinya untuk keperluan yang tak terduga.
Bertahun-tahun menabung, akhirnya pada 2010 ia memantapkan hati untuk medaftar
haji. Saat itu, tabungannya sudah terkumpul Rp 27,5 juta.
Saya lalu tanya-tanya ke Kementerian
Agama bagaimana caranya bila mau daftar haji. Waktu itu saya langsung
didaftarkan dan katanya berangkat tahun 2013, tapi di tahun itu harus menambah
tabungan sekitar 15 juta lagi,” ujarnya.
Dari uang pensiun dan hasil kegigihannya
dalam bekerja, pada 2013 Sadino berhasil mengumpulkan uang sebesar Rp 15 juta.
Namun, karena ada pengurangan kuota untuk jamaah haji Indonesia, keberangkatan
Sadino diundur, hingga akhirnya berangkat ke Tanah Sucipada 2014.
Ia mengaku sampai sekarang tak mempunyai
telepon genggam ataupun sepeda motor. “Saya ke mana-mana pakai sepeda. Tapi,
ini membuat badan sehat,” katanya. Namun, ia pernah kehilangan sepeda saat
shalat Subuh di sela-sela mengantar korban.
“Waktu itu saya baru mengantar delapan
koran. Padahal, koran yang diantar ada 170 lembar. Sepeda dan korannya hilang
semua. Alhamdulillah, korannya diganti. Langsung saya antar dengan berjalan
kaki,” katanya. Namun, ia tak merasa jera menjadi loper koran. Bahkan nanti
bila sudah bergelar haji, ia tetap akan menjadi loper koran. Sepulang
menunaikan ibadah haji, ia bertekad memberitahu orang orang yang ia kenal bahwa
jika ingin berhaji, pakailah jalur yang resmi.
***)neni ridarineni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar