Kamis, 08 Januari 2015

GELAR HAJI SANG LOPER KORAN


Keyakinan, sabar, syukur.        Aktif, kreatif, dan selalu berpikir positif. Boleh jadi, hal hal itulah yang telah mengantarkan Sadino, loper koran berusia 72 tahun, menuniakan ibadah haji. “Alhamdulillah saya bisa menunaikan ibadah haji. Karena panggilan Allah dan usaha saya. Kalau tidak berusaha karena panggilan Allah, saya belum bisa sampai sini. Saya tidak terbayang bisa melihat Ka’bah,” kata kakek kelahiran Wonosobo, Jawa Tengah, 30 april 1942 ini.
Dalam kesehariannya, Sadino mengaku mau mengerjakan apa saja yang bermanfaat  bagi orang lain. Mulai dari memperbaiki WC mampet, listrik yang korsleting, menjadi tukang pijat, memandikan jenazah, hingga memperbaiki kubah masjid yang bocor. Bahkan, kata Sadino, dia merupakan satu-satunya orang di Depok Jawa Barat, yang bisa memperbaiki kubah bocor.
Keyakinan, sabar, syukur.       “Kalau ada orang minta tolong apa saja saya kerjakan. Pekerjaan yang jorok, seperti memperbaiki WC yang mampet pun saya kerjakan.” Ujar kakek dari tiga cucu ini. Meskipun sudah berusia lebih dari 70 tahun, Sadino yang tiba di Makkah pada 19 September lalu sama sekali tak menunjukkan kelelahan. Ia tampak bugar.
Sehari-hari, ia kerap menggunakan sepeda ontel untuk memperlancar aktivitas. “Saya sudah terbiasa naik sepeda mengantar koran setiap hari mulai 04.00 sampai pukul 07.00 WIB. Alhamdulillah, sekarang sehat-sehat saja,” katanya.
Walau hanya berijazah sekolah dasar, Sadino mengaku sempat bekerjadi PLN, tepatnya  di bagian dieseil. Sekarang orang bekerja di PLN minimal ijazahnya minimal S-1 ada S-2 dan S-3. Kalau saya es tong-tong. Dulu tahun 1965 orang gampang sekali dapat pekerjaan. Padahal, setelah lulus SD hanya kursus montir enam bulan. Katanya tersenyum.
Sejak bekerja di PLN, ia selalu menyisihkan 10 persen dari gajinya untuk keperluan yang tak terduga. Bertahun-tahun menabung, akhirnya pada 2010 ia memantapkan hati untuk medaftar haji. Saat itu, tabungannya sudah terkumpul Rp 27,5 juta.
Saya lalu tanya-tanya ke Kementerian Agama bagaimana caranya bila mau daftar haji. Waktu itu saya langsung didaftarkan dan katanya berangkat tahun 2013, tapi di tahun itu harus menambah tabungan sekitar 15 juta lagi,” ujarnya.
Dari uang pensiun dan hasil kegigihannya dalam bekerja, pada 2013 Sadino berhasil mengumpulkan uang sebesar Rp 15 juta. Namun, karena ada pengurangan kuota untuk jamaah haji Indonesia, keberangkatan Sadino diundur, hingga akhirnya berangkat ke Tanah Sucipada 2014.
Ia mengaku sampai sekarang tak mempunyai telepon genggam ataupun sepeda motor. “Saya ke mana-mana pakai sepeda. Tapi, ini membuat badan sehat,” katanya. Namun, ia pernah kehilangan sepeda saat shalat Subuh di sela-sela mengantar korban.
“Waktu itu saya baru mengantar delapan koran. Padahal, koran yang diantar ada 170 lembar. Sepeda dan korannya hilang semua. Alhamdulillah, korannya diganti. Langsung saya antar dengan berjalan kaki,” katanya. Namun, ia tak merasa jera menjadi loper koran. Bahkan nanti bila sudah bergelar haji, ia tetap akan menjadi loper koran. Sepulang menunaikan ibadah haji, ia bertekad memberitahu orang orang yang ia kenal bahwa jika ingin berhaji, pakailah jalur yang resmi.




***)neni ridarineni

Tidak ada komentar:

Posting Komentar