Senin, 15 Desember 2014

ALAS TIDUR RASULULLAH

 ALAS  TIDUR  RASULULLAH

Hidayah, Kisah.      Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”  (QS al-Ahzab 33:21.)
Suri teladan yang baik dari dari beliau itu menyangkut segala segi kehidupan. Maka, tak ada sesuatu pun dari kehidupan beliau yang luput dari pantauan sahabat sahabatnya. Mulai hal-hal kecil hingga hal-hal besar.
Alas tidur beliau sangat sederhana. Alas tidur beliau berdasarkan catatan yang valid terbuat dari kulit yang diisi sabut. Berdasarkan catatan lainnya, Umar bin Khattab RA pernah masuk ke kamar pribadi Rasulullah. Di sana, dia mendapati beliau tenah tidur diatas tikar terbuat dari pelepah kurma. Sehingga, terlihat meninggalkan bekas di lambungnya.
Pada waktu lain beliau tidur beralaskan mantel kasar atau kulit yang digelar. Ada juga keterangan bahwa beliau tidur di atas “ranjang” terbuat dari rakitan pelepah kurma atau lainnya yang diikat dengan tali. Sehingga, terlihat meninggalkan bekas dilambungnya.
Alas tidur beliau yang sangat sederhana itu tentu saja mengundang rasa takjub siapa pun               yang melihatnya. Bahkan, Umar sampai meneteskan air matanya saat melihat bekas tikar di    lambung beliau.
Hidayah, Kisah.        Ketika seorang wanita Anshar suatu ketika masuk ke rumah Rasulullah untuk menemui Aisyah, dia pun geleng geleng kepala saat mengetahui kondisi alas tidur beliau. Karena itu, tanpa diminta dia mengirimkan selembar alas tidur terbuat dari wol.
Begitu beliau melihatnya, Rasulullah memerintahkan Aisyah untuk mengembalikannya kepada wanita itu. Ketika ditanya tentang alas tidur Rasulullah, dia menjawab, “Kain wol kasar yang kami lipat dua. Suatau malam, tebersit di benakku untuk melipatnya menjadi empat. Ternyata pagi nya beliau bertanya, Apa yang kau jadikan alas tidurku tadi malam?
Aku Jawab, itu adalah alas tidurmu, hanya saja tadi malam aku lipat menjadi empat. Aku pikir itu akan lebih nyaman untukmu. Sekonyong konyong beliau bersabda, ‘kembalikan lagi keadaan semula (dilipat menjadi dua). Ketauhilah, kenyamanannya telah menghambatku (mendirikan) shalat tadi malam,” HR Tirmidzi.



***)Mahmud yunus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar