Hidayah, Tuhan.
Banyak yang beranggapan Bahasa Arab masih menjadi nomor sekian setelah
Bahasa Inggris. Hal ini ditambah dengan sulitnya bahasa itu. Namun, tanpa
disadari bahasa Arab memiliki keutamaan dibanding bahasa lainnya. Rektor
Institut Ilmu Alquran (IIQ), Prof Akhsin Sakho, menyebut keutamaan itu dapat
ditinjau dari dua sisi, yakni dalam sisi agama dan sosial masyarakat.
Mengingat, kitab suci umat Islam tertuang dalam bahasa Arab.
Ingatlah, ajaran Allah yang
tertera dalam Alquran serta ajaran Rasulullah tertulis dalam bahasa Arab.
Bahasa yang memiliki makna luas dan sebaik-baiknya umat adalah umat yang
mempelajari tuntunan Allah dan Rasul Nya dengan sungguh sungguh.
Oleh karena itu, penting bagi
Muslim untuk memahami Bahasa Arab. Mengingat, kalimat Allah yang luas maknanya
tidak cukup dipahami hanya melalui terjemahan saja. Satu kata dalam bahasa Arab
di Alquran memiliki banyak makna tentang kebesaran Allah. Sedangkan, bahasa
selain itu hanya mampu menuliskan yang paling mendekati. Kekayaan bahasa Arab
sering tidak sebanding dengan bahasa bahasa lain. Disinilah kesulitan para
penerjemah. Dan bahasa Indonesia pun sangat miskin dibandingkan dengan bahasa
Arab. Cara terbaik untuk memahami kehendak Allah adalah melalui bahasa Arab.
Hidayah, Tuhan. Rata-Rata
negara yang menggunankan bahasa Arab memiliki sumber alam dan perkembangan
ekonomi yang cukup besar. Seharusnya, hal itu menjadi peluang dan motivasi
Indonesia untuk lebih dekat dengan mereka karena punya kesamaan agama. Tapi,
pada kenyataannya bangsa asing yang lebih cekatan dekat dengan mereka.
Selain itu, bahasa Arab juga
membuat manusia semakin dekat dengan agamanya. Aneh rasanya jika mengaku
Muslim, namun ia tidak mengenal bahasa Arab. Bukan dalam arti mengerti bahasa
Arab, seperti bahasa yang digunakan saat beribadah, berzikir, dan dalam
pengajian. Bahasa Arab juga bahasa yang diciptakan langsung oleh Allah SWT,
bahasa yang terus hidup dan tidak akan pernah menghilang. “Ingatlah, bahasa
Arab Alquran pun telah mengislamkan bahasa Arab pada zaman jahiliyah dahulu.
Mengislamkan melaluli kekayaan makna dan konsep, seperti yang saat ini, dan
hingga kini.
***)hanan putra ed:hafidz
mutisany
Tidak ada komentar:
Posting Komentar