Sabtu, 20 Desember 2014

MUSLIM TAK PERLU RAYAKAN TAHUN BARU

 MUSLIM TAK PERLU RAYAKAN TAHUN BARU

Keyakinan,tawakal.       Dua pekan menjelang pergantian tahun masehi. Dari 2014 ke 2015, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengingatkan umat Islam untuk tidak ikut merayakannya. Sebab, perayaan tahun baru Masehi merupakan bagian dari syiar agama lain.
“Umat Islam tidak perlu mencampuri urusan agama lain. Maka,untuk tahun baru Masehi, kita ambil kesempatan liburnya saja.”  ujar Wakil Sekretaris MUI. Umat Islam, menurut dia, sebaliknya juga memafaatkan hari libur 1 Januari 2015 secara Islami. Misalnya, dengan beristirahat atau berkumpul bersama keluarga di kediaman masing-masing. Lebih baik lagi bila umat Islam memanfaatkan hari libur itu dengan menyemarakkan tabligh di masjid-masjid. Dengan demikian, hari libur bisa menjadi waktu yang tepat guna dan terhindar dari sikap mubazir.
Dalam agama Islam, kata Tengku, hal yang diuatamakan dalam setiap perayaan hari besar adalah intropeksi diri secara kolektif sehingga akan terjadi perbaikan pada masyarakat.
Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Ahmad Satori Ismail mengungkapkan hal senada. Ia mengatakan, perayaan tahun baru Masehi bukanlah untuk umat Islam. Karena itu, lebih baik umat Islam memandangnya dari segi formalitas, yakni adanya hari libur nasional.
Keyakinan, tawakal.       Libur nasional itu pun, menurut Ahmad Satori, sebaiknya diisi dengan aktivitas syiar Islam, seperti meramaikan vitas syiar Islam, seperti meramaikan masjid dan majelis ilmu. Ini semata-mata agar umat Islam lebih menggiatkan muhasabah kolektif.
Sepertinya halnya Tengku, ia pun menyambut baik salah satu bentuk muhasabah itu, yakni Zikir Nasional yang digelar pada malam pergantian tahun baru Masehi. Ia berpendapat, kegiatan doa dan zikir bersama seperti itu sangat penting sebagai penguat ukhuwah dan keselamatan bangsa Indoensia. Selain itu, kesempatan berhari libur menjadi tidak diawali dengan nuansa hura-hura, seperti menyalakan petasan atau kembang api, meniup trompet, atau jalan-jalan yang sifatnya konsumtif.
Keyakinan,tawakal.    Mengenai harapan pada 2015, Tengku berharap, umat Islam dan simbol-simbol keagamaan Islam tidak lagi terpinggirkan di Indoenesia. Sebab, pada pengujung tahun ini, ia mulai melihat adanya upaya untuk meminggirkan Islam dari ruang ruang publik.
Ia menyebut contoh, aksi penyiaran agama yang cenderung memurtadkan sebagian Muslimin di tempat umum. Selain itu, muncul pula beberapa wacana pemerintah yang terkesan memancing kecaman  umat Islam.

Sedangkan, Ahmad Satori berharap, pada 2015, para pemimpin negeri ini lebih bijak dalam menjalankan tugas. Ia pun mengimbau para elite Muslim di Indonesia agar memohon petunjuk Allah dalam memajukan bangsa dan negara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar