Jumat, 26 Desember 2014

SEHAT ALA RASULLAH


Hidayah & keyakinan.       Salah satu karunia Allah SWT yang sering diabaikan dan dilalaikan oleh manusia dalam kehidupan ini adalah nikmat kesehatan. Sebagaimana dikatakan dalam sebuah hadis Rasulullah SAW. “Ada dua nikmat yang seing kali di lalaikan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan kesempatan.“ Padahal, kesehatan merupakan mahkota yang tidak dapt dirasakan keuali bagi mereka yang sakit.
DR Husain Haikal dalam kitabnya, Hayatu Muhammad, menjelaskan Nabi Muhammad SAW selama hayatnya, yaitu 63 tahun, hanya dua kali mengalami sakit, yakni ketika beliau susah tidur seusai ziarah makam pahlawan di Baqi dan demam panas beberapa hari sebelum wafat. Timbul pertanyan kenapa Rasulullah selalu Sehat?
Pertama, beliau senantiasa bangun subuh. Sepanjang catatan sejarah hiupnya selama 23 tahun beliau jadi Nabi. Hanya satu kali saja beliau tidak bangun tepat waktu subuh. Itu disebabkan mungkin beliau terlalu letih dalam perjalanan dakwahnya dan tidur sesudah larut malam. Nabi Muhammad SAW senantiasa bangun waktu “subuh” dan waktu subuh tentu tidak sama dengan waktu pagi.
Waktu pagi adalah setelah matahari terbit, kira-kira jam 07.00, sedangkan waktu subuh ialah setelah fajar menyingsing dan sebelum matahari terbit, sebagaimana disebutkan Alquran surah Takwir ayat 18. Artinya  : “Demi waktu subuh di kala fajar merekah."
Sumpah Allah dengan waktu itu adalah untuk menarik perhatian manusia, khususnya manusia yang beriman kepada-Nya akan pentingnya waktu itu bagi kesehatan fisik dan mental. Udara subuh memang sangat segar dan banyak mengandung Zat asam yang sangat diperlukan untuk pernafasan manusia.
Faktor kedua beliau selalu menjaga kebersihan. Sejak kecil Rasulullah menyukai kebersihan meskipun negerinya kekurangan air.  Dan ketika diangkat menjadi rasul, makin besar perhatiannya pada kebersihan. Beliau bersabda “Kebersihan itu sebagian dari iman.”
Faktor ketiga karena beliau selalu makan secukupnya, Rasulullah SAW bersabda: kami adalah kaum yang tak pernah makan sebelum lapar, dan bila kami makan tidak pernah sampai kenyang.”
Hidayah & keyakinan.          Makan memang merupakan salah satu syarat untuk hidup, bila tidak makan pada waktunya,  maka zat-zat pembakar dalam tubuh kekurangan bahan bakar yang mengakibatkan pembakaran tidak terjadi. Bila pembakaran tidak terjadi, panas badan berkurang dan darah tidak bisa teratur lagi. Maka, makan  diperlukan untuk hidup, tetapi manusia hidup bukan untuk makan. Manusia yang hidup hanya untuk makan merosot nilainya menjadi hewan. Sungguh tepat apa yang dikatakan ‘Ali bin Abi Thalib: “Orang yang hidup hanya untuk mengisi perutnya, nilainya sama dengan apa yang keluar dari perutnya.”


***)hasanuddin qh.repunlika


Tidak ada komentar:

Posting Komentar