Hidayah & keyakinan. Salah satu karunia Allah SWT
yang sering diabaikan dan dilalaikan oleh manusia dalam kehidupan ini adalah
nikmat kesehatan. Sebagaimana dikatakan dalam sebuah hadis Rasulullah SAW. “Ada
dua nikmat yang seing kali di lalaikan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan
kesempatan.“ Padahal, kesehatan merupakan mahkota yang tidak dapt dirasakan
keuali bagi mereka yang sakit.
DR Husain Haikal dalam
kitabnya, Hayatu Muhammad,
menjelaskan Nabi Muhammad SAW selama hayatnya, yaitu 63 tahun, hanya dua kali
mengalami sakit, yakni ketika beliau susah tidur seusai ziarah makam pahlawan
di Baqi dan demam panas beberapa hari sebelum wafat. Timbul pertanyan kenapa
Rasulullah selalu Sehat?
Pertama, beliau senantiasa
bangun subuh. Sepanjang catatan sejarah hiupnya selama 23 tahun beliau jadi
Nabi. Hanya satu kali saja beliau tidak bangun tepat waktu subuh. Itu
disebabkan mungkin beliau terlalu letih dalam perjalanan dakwahnya dan tidur
sesudah larut malam. Nabi Muhammad SAW senantiasa bangun waktu “subuh” dan waktu
subuh tentu tidak sama dengan waktu pagi.
Waktu pagi adalah setelah
matahari terbit, kira-kira jam 07.00, sedangkan waktu subuh ialah setelah fajar
menyingsing dan sebelum matahari terbit, sebagaimana disebutkan Alquran surah
Takwir ayat 18. Artinya : “Demi waktu
subuh di kala fajar merekah."
Sumpah Allah dengan waktu itu
adalah untuk menarik perhatian manusia, khususnya manusia yang beriman
kepada-Nya akan pentingnya waktu itu bagi kesehatan fisik dan mental. Udara
subuh memang sangat segar dan banyak mengandung Zat asam yang sangat diperlukan
untuk pernafasan manusia.
Faktor kedua beliau selalu
menjaga kebersihan. Sejak kecil Rasulullah menyukai kebersihan meskipun
negerinya kekurangan air. Dan ketika
diangkat menjadi rasul, makin besar perhatiannya pada kebersihan. Beliau
bersabda “Kebersihan itu sebagian dari iman.”
Faktor ketiga karena beliau
selalu makan secukupnya, Rasulullah SAW bersabda: kami adalah kaum yang tak
pernah makan sebelum lapar, dan bila kami makan tidak pernah sampai kenyang.”
Hidayah & keyakinan. Makan memang merupakan salah
satu syarat untuk hidup, bila tidak makan pada waktunya, maka zat-zat pembakar dalam tubuh kekurangan
bahan bakar yang mengakibatkan pembakaran tidak terjadi. Bila pembakaran tidak
terjadi, panas badan berkurang dan darah tidak bisa teratur lagi. Maka, makan diperlukan untuk hidup, tetapi manusia hidup
bukan untuk makan. Manusia yang hidup hanya untuk makan merosot nilainya
menjadi hewan. Sungguh tepat apa yang dikatakan ‘Ali bin Abi Thalib: “Orang
yang hidup hanya untuk mengisi perutnya, nilainya sama dengan apa yang keluar
dari perutnya.”
***)hasanuddin qh.repunlika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar