Senin, 29 Desember 2014

KEZUHUDAN ABU AYYUB

Pendidikan, takwa,  Keyakinan & Syukur.  Pada masa rasulullah SAW menyebarkan agama Islam, gejolak peperangan terus berlansung. Situasi dan kondisi Makkah juga tidak kondusif. Hingga Rasulullah SAW akhirnya pada masa itu hijrah ke madinah atas perintah Allah SWT.
Dalam hijrahnya Rasulullah dengan para sahabat tidaklah langsung memliki tempat tinggal di Madinah. Bahkan Masjid Nabawi pun belumlah di bangun. Namun, kaum Anshar adalah kaum yang begitu hangat dan bersahabat, sehingga mereka begitu antusias menerima kedatanagan Rasulullah dan kaum Muhajirin.
Keyakinan, & syukur.     Ada seorang sahabat Anshar bernama Abu Ayyub Al Anshari, yang telah masuk Islam dan bergabung dengan tentara Rasulullah adalah seorang yang begitu peduli kepada kaum Muhajirin. Abu Ayyub terlihat sangat menonjol perhatiannya kepada Rasulullah yang datang pada saat itu. beliau Ketika Rasulullah memasuki kota Madinah, unta yang beliau tunggangi bersimpuh di depan rumah Bani Malik bin Najjar, seorang kaum Anshar lainnya. Maka beliau turun dari atas nya dengan penuh harapan dan kegembiraan.
Abu Ayyub tampil dengan wajah berseri-seri karena kegembiraan yang memuncak. Tiada tara yang di rasakan oleh Abu Ayyub ketika Rasulullah bersedia tinggal di rumah nya. Bahkan, ia pun menyebutkan ini sebuah penghargaan yang tiada tara dalam hidupnya diberikan Allah SWT.
Abu Ayyub mengalihkan aktifitasnya dengan berjihad di jalan Allah. Ia turut bertempur dalam Perang Badar, Uhud, dan Khandaq. Semboyan yang selalu diulang-ulangnya, baik malam ataupun siang, dengan suara keras atau perlahan adalah firman Allah SWT, “Berjuanglah kalian, baik di waktu lapang, maupun waktu sempit..” (QS At-Taubah: 41).
Abu Ayyub pun adalah seorang yang tidak terlalu berfikir soal sebagai apa dirinya dalam jamaah atau kelompok. Sebagai contoh, ketika diketahuinya balatentara Islam tengah bergerak ke arah Konstantinopel (Turki Sekarang), ia segera memegang kuda dan membawa pedangnya untuk berjihad yang sejak lama ia dambakan. Sewaktu terjadi pertikaian antara Ali dan Muawwiyah, Abu ayyub berdiri di pihak Ali tanpa sedikit pun keraguan. Dan kala Khalifah Ali bin Abi Thalib syahid, kahalifah  berpindah kepada Muawiyah, Abu Ayyub menyendiri dalam kezuhudan. Tak ada yang di harapkannya dari dunia selain tersedianya suatu tempat yang lowong untuk berjuang dalam barisan kaum muslimin .
Abu Ayyub meminta kepada Yazid, bila ia telah meninggal agar jasadnya dibawa dengan kudanya sejauh jarak yang dapat ditempuh ke arah musuh. Dan di sanalah wasiat Abu Ayyub itu telah dilaksanakann oleh Yazid. Di jantung Kota Instanbul sekarang, di sanalah terdapat perkuburan laki-laki bernama besar itu. Hingga sebelum tempat itu  di kuasai orang orang Islam, orang romawi dan penduduknya  memandang Abu Ayyub di makamnya itu sebagai orang suci. Dan yang mencengangkan, para ahli sejarah yang mencatat  peristiwa itu berkata “ orang orang Romawi sering berkunjung dan Berziarah ke kuburnya.”



***) Emil Rosmali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar