Kisah, Hidayah. Suatu kali, Rasulullah SAW bersama
para sahabatnya menyantap daging unta. Rupanya, salah seorang sahabat lepas
angin. Kendati demikian, tak ada di antara para sahabat yang berkomentar
terhadap bau tak sedap itu. Masing-masing hanya memperhatikan wajah tak senang
karena ulah seorang sahabat yang tak diketahui itu.
Tak lama setelah itu, azan
maghrib pun berkumbang. Rasulullah SAW pun bersabda,” Siapa yang makan daging
unta hendaklah ia berwudhu.” (HR Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah). Mendengar
sabda Beliau SAW, para sahabat yang ikut makan daging unta pun semuanya
berwudhu. Tentu saja, sahabat yang lepas angin tadi terselamatkan aibnya. Tak
ada yang tahu siapakah sahabat tersebut.
Betapa bijaknya Rasulullah SAW
dalam menutupi aib para sahabatnya. Seperti yang disabdakan Beliau SAW, “Siapa
yang menutupi aib seorang Muslim maka Allah akan menutupi orang itu di dunia
dan akhirat. Dan, siapa mengumbar aib saudaranya sesama Muslim maka Allah akan
mengumbar aibnya hingga terbukalah kejelekannya di dalam rumahnya (HR Ibnu
Majah).
Islam akan terlihat hebat dan
kuat jika umatnya saling menjaga aib saudara mereka satu sama lain. Kisah,
Hidayah. Musuh-musuh Islam akan
bertepuk tangan. Mereka akan bersorak dan mengompori umat Islam yang tengah
berlomba-lomba membuka aib mereka satu sama lain. Tentu keburukan-keburukan
umat islam akan menjadi isu hangat untuk ditonjolkan.
Dokter Falkutas Tafsir
Universitas Al Azhar Kairo Mesir Prof Dr Abdul Badi’ mengatakan bahkan Allah
SWT sebenarnya ingin menutup aib hamba-hamba-Nya. Seperti seorang Muslim yang
mendapati saudaranya tengah berzina. Jika ia memergoki kejadian itu seorang
diri, kewajibannya adalah menasihati pelaku zina dan haram baginya untuk
menyebarluaskan aib tersebut. Namun lain persoalan jika sudah disaksikan empat
orang laki-laki yang adil dan benar-benar menyaksikannya. Sehingga wajib untuk
dilaksanakan hukum Islam.
Ketika Ghamidiyah, salah
seorang wanita yang dihukum rajam pada zaman Rasulullah SWT akan dieksekusi
mati, salah seorang sahabat melontarkan kata-kata yang mencelanya. Rasulullah
SAW langsung menepisnya dalam sabda beliau SAW,” Janganlah engkau menghina dan
mencerca Ghamidiyah. Sesungguhnya, tobatnya itu diterima Allah. Sekiranya
hendak dibandingkan tobatnya dengan tobat yang lain, tobat ini adalah lebih
besar dari Gunung Uhud.”
Kisah, Hidayah. Ketika seseorang ingin membuka aib
saudaranya, apakah ia menyadari sepenuhnya orang yang ia buka aibnya itu
ebnar-benar lebih hina dari dirinya ? Tak ada yang dapat menjamin derajat
ketaqwaan dan keimanan seseorang di sisi
Allah SWT. Bisa jadi orang yang dibuka aibnya tersebut. ternyata lebih tinggi
derajatnya di sisi Allah. Apalagi, untuk menghina seorang ulama atau orang
saleh yang kemungkinan besar adalah orang yang derajatnya tinggi di sisi Allah SWT. Hakikatnya, Allah SWT menutup aib
diri kita dan kita sendiri yang membukanya.
***) haman putra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar