Minggu, 07 Desember 2014

KEUTAMAAN MENUTUP AIB

 KEUTAMAAN MENUTUB AIB

Kisah, Hidayah.         Suatu kali, Rasulullah SAW bersama para sahabatnya menyantap daging unta. Rupanya, salah seorang sahabat lepas angin. Kendati demikian, tak ada di antara para sahabat yang berkomentar terhadap bau tak sedap itu. Masing-masing hanya memperhatikan wajah tak senang karena ulah seorang sahabat yang tak diketahui itu.
Tak lama setelah itu, azan maghrib pun berkumbang. Rasulullah SAW pun bersabda,” Siapa yang makan daging unta hendaklah ia berwudhu.” (HR Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah). Mendengar sabda Beliau SAW, para sahabat yang ikut makan daging unta pun semuanya berwudhu. Tentu saja, sahabat yang lepas angin tadi terselamatkan aibnya. Tak ada yang tahu siapakah sahabat tersebut.
Betapa bijaknya Rasulullah SAW dalam menutupi aib para sahabatnya. Seperti yang disabdakan Beliau SAW, “Siapa yang menutupi aib seorang Muslim maka Allah akan menutupi orang itu di dunia dan akhirat. Dan, siapa mengumbar aib saudaranya sesama Muslim maka Allah akan mengumbar aibnya hingga terbukalah kejelekannya di dalam rumahnya (HR Ibnu Majah).
Islam akan terlihat hebat dan kuat jika umatnya saling menjaga aib saudara mereka satu sama lain. Kisah, Hidayah.    Musuh-musuh Islam akan bertepuk tangan. Mereka akan bersorak dan mengompori umat Islam yang tengah berlomba-lomba membuka aib mereka satu sama lain. Tentu keburukan-keburukan umat islam akan menjadi isu hangat untuk ditonjolkan.
Dokter Falkutas Tafsir Universitas Al Azhar Kairo Mesir Prof Dr Abdul Badi’ mengatakan bahkan Allah SWT sebenarnya ingin menutup aib hamba-hamba-Nya. Seperti seorang Muslim yang mendapati saudaranya tengah berzina. Jika ia memergoki kejadian itu seorang diri, kewajibannya adalah menasihati pelaku zina dan haram baginya untuk menyebarluaskan aib tersebut. Namun lain persoalan jika sudah disaksikan empat orang laki-laki yang adil dan benar-benar menyaksikannya. Sehingga wajib untuk dilaksanakan hukum Islam.
Ketika Ghamidiyah, salah seorang wanita yang dihukum rajam pada zaman Rasulullah SWT akan dieksekusi mati, salah seorang sahabat melontarkan kata-kata yang mencelanya. Rasulullah SAW langsung menepisnya dalam sabda beliau SAW,” Janganlah engkau menghina dan mencerca Ghamidiyah. Sesungguhnya, tobatnya itu diterima Allah. Sekiranya hendak dibandingkan tobatnya dengan tobat yang lain, tobat ini adalah lebih besar dari Gunung Uhud.”    
Kisah, Hidayah.     Ketika seseorang ingin membuka aib saudaranya, apakah ia menyadari sepenuhnya orang yang ia buka aibnya itu ebnar-benar lebih hina dari dirinya ? Tak ada yang dapat menjamin derajat ketaqwaan  dan keimanan seseorang di sisi Allah SWT. Bisa jadi orang yang dibuka aibnya tersebut. ternyata lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Apalagi, untuk menghina seorang ulama atau orang saleh yang kemungkinan besar adalah orang yang derajatnya tinggi  di sisi Allah SWT.              Hakikatnya, Allah SWT menutup aib diri kita dan kita sendiri yang membukanya.




***) haman putra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar