Sabtu, 20 Desember 2014

HIJRAH DI JALAN TUHAN


Pendidikan,  menuju yang baru. Berhijralah agar jiwa  dan hati kita bertumbuh lebih baik dari hari-hari yang lalau. Senarai peristiwa,, impian dan harapan yang lampau, barangkali, masih membebat kita kita dimasa kini. Semua itu bisa jadi ada yang menyala-nyala hingga menyuluh hidup kita, ada pula yang  meredupkan dan meninggalkan jelaga di benak kita. Dan untuk yang terakhirlah,    kiranya, kita perlu berpindah. Kita harus berubah. Kita harus belajar melupakan dan menggantinya yg lebih indah dan tulus. Tidak perlu ragu meski itu hanya secuil. Yang penting berubah menjadi lebih baik karena-Nya.
Pendidikan, Anda misalnya, ingin belajar sedekah. Mulailah. Meski itu hanya dalam bilangan yg tidak wah. Tapi berusahalah menjalaninya. Bukan sekedar mencatat dalam memo pribadi dan akhirnya menguap bersama waktu. Tapi, Anda memang harus mengusahakannya, memulai menjalaninya. Bukan hanya mencanangkannya sebagai resolusi hidup dalam setahun kedepan, dan kemudian mengendur bersama pergantian kalender. Tapi Anda memang mesti belajar untuk mengesekusinya dalam segera  Hari ini detik ini juga. Itu yang disebut berhijrah dan berubah.
Konon, saat kita memutuskan berhijrah, segenap rahasia-Nya yg tidak kita sangka-sangka kerap menyapa hidup kita, serupa terjaring oleh medan kebahagian yg lamat-lamat melingkupi jiwa kita. Itu batiniah. Lahiriyah ? Tentu saja akan muncul  dengan sendirinya dan waktu yang akan menjawabnya.
Marilah sejenak kita tengok kembali masa Hijrah Nabi pertama kali ke kota Madinah.  Saat itu  23 September 266 M (8 Rabi’ul Awwal H), Rasulullah tiba di Quba (arah Barat dari Masjid Nabawi  yang jaraknya  5 Km dari sana), di Madinah Beliau disambut begitu hangat dan suka ria. Setiap orang begitu sumringah atas hijrahnya. Mereka yang selama ini hanya namanya dan mengimaninya di dada tiba-tiba bertemu diri kinasihnya. Rindu rupa, rindu rasa, rindu sosoknya yang mulia selama ini pun terobati. Bagi Rasulullah sendiri, lingkungan kondusif dan cita-cita luhurnya saat berhijrah akhirnya terwadahi  di kota yg dulu bernama Yatsrib ini. Banyak kemajuan. Banyak hal-hal luar biasa yg terjadi saat beliau berhijrah; ia membangun kesadaran baru dalam beragama, bermuamalah, bersosial dan lai-lainnya. Kita tahu, dalam tarikh Islam, sejak hijrah Nabi ke Madinah itu, kota ini kemudian masyur sebagai kota peradaban madani, kota Islam yg beradab dan modern, yang menjadi rujukan Islam yang toleran, yang menghargai keberbedaan, yang menghomati nilai-nilai humanisme.
Karenanya, kita berharap sepirit pendidikan hijrah Nabi di atas akan juga ber-atsar yang sama saat kita memutuskan berhijrah demi pribadi kita  yang lebih baik. Sesuai namanya, hijrah—yang dalam bahasa Arab- bermakna : perpindahan, kita juga berharap, ketika kita berhijrah, kita mengalami perpindahan (perubahan) secara pendidikan, spiritual  dan sosial. Semoga. Wallahu’alam.


***) Hidayah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar