Jumat, 05 Desember 2014

PENYEBAR NAFSU LIAR

 PENYEBAR NAFSU LIAR

Kisah, Hidayah.     Moyang kita, Nabi Adam AS tergelincir karena tidak mampu mengendalikan nafsu. Sedangkan, iblis terhempas karena angkara angkuhnya. Kakek manusia itu mampu tersadar karena nafsunya segera tunduk pada titah tobat. Sedangkan, raja setan itu terbelunggu karena terjalarnya bara kesombongan yang membekap dirinya. Oleh karenanya, sebut Ibnu Hajar al-Asqolony. “Dosa karena nafsu masih mungkin diampuni, sedangkan dosa karena takabur (yang tak berkesudahan) tak terampuni.”
Meski demikian, wahai ikhwal fillah, nafsu yang menjalar itu harus dikendalikan dan dikekang. Jika dibiarkan liar, ia akan menjadi raja yang menguasai diri kita, sehingga tanpa sadar seluruh tingkah laku kita akan di setir oleh hawa nafsu semata. Boleh jadi akan menjangkit pula bara kesombongan pada diri kita.            Setan dan seluruh sekutunya akan terus memercikkan dan mengobarkan bara nafsu dalam diri manusia sehingga keinginannya-hasratnya-gairahnya terledakkan dengan liar, seliar karakter dan tabiarnya saat diusir dari surga. Tentu kita tidak ingin dikuasai oleh nafsu dan setan dan para sekutunya.
Kisah, Hidayah.     Mari sejenak kita kenali di antara penyebab hawa nafsu semakin lair, buas, dan sangat sulit dikendalikan. Pertama, lemah nya iman kepada Allah SWT dan hari akhir. Kalau saja kita sadar bahwa Allah memperhatikannya, tertenduk lesuhlah nafsu liarnya.
Kedua, jahil alias kurangnya pemahaman terhadap ayat-ayat  Alquran dan sunnah. Ketiga, mind set-nya, “Aku tidak bisa tenang kecuali bebas dan puas dengan seleraku. “Keempat, menyia-nyiakan kesempatan,”Kalaupun gue Berdosa, kan masih ada waktu dan kesempatan untuk berotbat.
Kelima, sekali diperturutkan maka akan menjadi candu, bahkan semakin menjadi. Keenam, seringnya bergaul dengan sesama pecinta hedonis yang mengumbar nafsu.” All free and be free”. Ketujuh, sering makan dan minum dari yang haram, baik zatnya maupun cara mencarinya. Karena saat yang haram itu masuk ke tubuh, ia akan menjadi energi nafsu lagi.
Kedelapan, nafsu itu liar karena suka menjauh dari ulama, orang saleh, majelis kebaikan. Kesembilan, yang pasti tidak ada keinginan kuat untuk hijrah, maka jadilah seperti hewan, “kami ingin muliakan mereka dengan petunjuk kami, tetapi mereka lebih suka menuruti hawa nafsu mereka dan lebih mencintai dunia, maka mereka pun seperti anjing, dinasihati atau tidak, mereka tetap tidak peduli dan terus menjulurkan lidahnya...”(QS al-A’raaf(7):176) “Allahumma, ya Allah, selamatkan kamk dari kelemahan iman, kebodohan, dan keinginan nafsu maksiat.”Wallahua’lam.

***) Muhammad Arifin Ilham
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar