Kisah, Hidayah. Moyang kita, Nabi Adam AS tergelincir
karena tidak mampu mengendalikan nafsu. Sedangkan, iblis terhempas karena
angkara angkuhnya. Kakek manusia itu mampu tersadar karena nafsunya segera
tunduk pada titah tobat. Sedangkan, raja setan itu terbelunggu karena
terjalarnya bara kesombongan yang membekap dirinya. Oleh karenanya, sebut Ibnu
Hajar al-Asqolony. “Dosa karena nafsu masih mungkin diampuni, sedangkan dosa
karena takabur (yang tak berkesudahan) tak terampuni.”
Meski demikian, wahai ikhwal
fillah, nafsu yang menjalar itu harus dikendalikan dan dikekang. Jika dibiarkan
liar, ia akan menjadi raja yang menguasai diri kita, sehingga tanpa sadar
seluruh tingkah laku kita akan di setir oleh hawa nafsu semata. Boleh jadi akan
menjangkit pula bara kesombongan pada diri kita. Setan dan seluruh sekutunya akan terus memercikkan dan
mengobarkan bara nafsu dalam diri manusia sehingga
keinginannya-hasratnya-gairahnya terledakkan dengan liar, seliar karakter dan
tabiarnya saat diusir dari surga. Tentu kita tidak ingin dikuasai oleh nafsu
dan setan dan para sekutunya.
Kisah, Hidayah. Mari sejenak kita kenali di antara
penyebab hawa nafsu semakin lair, buas, dan sangat sulit dikendalikan. Pertama,
lemah nya iman kepada Allah SWT dan hari akhir. Kalau saja kita sadar bahwa
Allah memperhatikannya, tertenduk lesuhlah nafsu liarnya.
Kedua, jahil alias kurangnya
pemahaman terhadap ayat-ayat Alquran dan
sunnah. Ketiga, mind set-nya, “Aku tidak bisa tenang kecuali bebas dan puas
dengan seleraku. “Keempat, menyia-nyiakan kesempatan,”Kalaupun gue Berdosa, kan
masih ada waktu dan kesempatan untuk berotbat.
Kelima, sekali diperturutkan
maka akan menjadi candu, bahkan semakin menjadi. Keenam, seringnya bergaul
dengan sesama pecinta hedonis yang mengumbar nafsu.” All free and be free”.
Ketujuh, sering makan dan minum dari yang haram, baik zatnya maupun cara
mencarinya. Karena saat yang haram itu masuk ke tubuh, ia akan menjadi energi
nafsu lagi.
Kedelapan, nafsu itu liar
karena suka menjauh dari ulama, orang saleh, majelis kebaikan. Kesembilan, yang
pasti tidak ada keinginan kuat untuk hijrah, maka jadilah seperti hewan, “kami
ingin muliakan mereka dengan petunjuk kami, tetapi mereka lebih suka menuruti
hawa nafsu mereka dan lebih mencintai dunia, maka mereka pun seperti anjing,
dinasihati atau tidak, mereka tetap tidak peduli dan terus menjulurkan
lidahnya...”(QS al-A’raaf(7):176) “Allahumma, ya Allah, selamatkan kamk dari
kelemahan iman, kebodohan, dan keinginan nafsu maksiat.”Wallahua’lam.
***) Muhammad Arifin Ilham
Tidak ada komentar:
Posting Komentar