Sabtu, 27 Desember 2014

PERIHARALAH RASA MALUMU

Kebanyakan manusia pada hari ini tidak memiliki malu.Sifat malu ibarat barang langka di tengah tengah masyarakat. Sedikit sekali ada yang malu berbuat buruk, malu menggunjing, malu tidak amanah, malu karena malas, dan malu suka bohong.               
Mereka umbar kekurangan orang lain tanpa sensor. Bahkan, isi dapur rumah sendiri di bongkar habis di hadapan media. Seperti itulah lakon para selebritas akhir akhir ini. Al-Imam an-Nawawi berkata, “Para ulama mengatakan malu hakikatnya adalah akhlak yang mengantar sesorang untuk meninggalkan kejelekan dan menghalanginya menurangi mengurangi hak-hak orang lain.”
Orang kuat keimanannya kuat pula rasa malu dalam hatinya. Sebaliknya, orang yang lemah keimanannya sedikit rasa malunya. Maka jika telah hilang sama sekali rasa malu dalam diri seorang manusia, di khawatirkan hilang pula rasa malunya.
Dalam riwayat nya, beliau menegaskan, “Malu itu kebaikan seluruhnya.” (HR al-Bukhari dan Muslim). Muncul pertanyaan mengapa malu itu semuanya baik? Bukankah kita mendapati ada orang yang malu berbuat baik atau meninggalkan maksiat?
Jawabannya, jika rasa malu pada seseorang menghalanginya melakukan kebaikan atau mendorongnya berbuat kemaksiatan pada hakikatnya itu bukanlah malu. Itu merupakan sikap lemah yang melekat pada diri seseorang.
Sedangkan rasa lemah yang menyebabkan seseorang mengurang hak Allah ataupun hak hamba nya bukan termasuk malu. Tetapi ini adalah kelemahan ketidakmampuan, dan kehinaan.
Hendaklah kita memelihara sifat malu yang di ajarkan oleh islam. Malu pada tempatnya. Sebab, sifat malu itulah perhiasan hidup manusia di dunia ini. Tanpanya, manusia tidak berbeda dengan hewan.

Dengan  adanya keyakinan  bahwa  Tuhan  maha mengetahui maka kita selalu bertaqwakal kepada-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar