Pendidikan & kisah. Seorang sahabat
bernama Suwignyo baru baru ini mendapat kesempatan berkunjung keluar negeri, ia
adalah lulusan perguruan tinggi swasta di Jakarta dan bekerja di realstate.
Suatu hari di Kota Berlin, ia bersama
rekan yang ikut dalam rombongan, makan di sebuah restoran yang menyuguhkan
makanan makanan Asia. Ada Nasi,ada gulai ayam, ada juga daging sapi, kentang
goreng dan lauk pauk khas Indonesia. Yang makan di rumah makanan ini, ternyata
tidak saja orang asia, tetapi juga orang orang Eropa lainnya yang datang dari
penjuru dunia yang melakukan kunjungan wisata di sini.
Singkat Cerita, rombongan Suwignyo pun memesan
makanan. Biasalah kalau orang Indonsia biasanya mau makan, sukanya makan ini
dan itu. Pesan ayam, pesan gulai, pesan sayur; Lalu ada juga pesan daging dan
lain – lain.
Seorang pria tua dan wanita di
sampingnya, memandangi pesanan Suwignyo saat di hidangkan. Ia seperti
terheran-heran dengan banyak ragam pesan lauk pauk rombongan. Seorang sahabat
bernama Rizal, sempat mengemukakan ungkapan,”Kenapa pak?” katanya, tetapi
dengan nada yang bersahabat, Jawaban pria Jerman itu,” Banyak sekali pak
pesanan nya,” ujar nya memakai bahasa inggris. “Seorang sahabat lain dari lima
orang rombongan Suwignyo, menimpali,” Terserah kami pak, duit kan duit kami.
Mau pesen banyak itu hak kami,” ujar Irwan, yang memang orangnnya sedikit
ceplas ceplos.
Pendidikan & kisah. Tiba tiba
wanita yang di sampingpria itu, mengangkat telepon genggamnya dan matanya agak
melotot tak bersahabat kepada para sahabat itu. Kawan –Kawan Suwignyo hanya
senyam-senyum dan mulai menyantap hidangan.
Tiba tiba seorang polisi pria tegap yang
mengaku dari satuan sekuritas sosial, berdiri di samping meja makanan suwignyo
cs. Sembari mengeluarkan notes dan menulis sesuatu. Ia tak bnyak bicara,
langsung menyobek kertas dan memberikannya kepada Wignyo yang saat itu lebih
dekat dengan polisi pria tersebut.
Pendidikan & kisah. Ketika
membaca tulisan itu, ternyata adalah surat semacam tilang pada setiap orang
yang makan berlebih lebihan. Di atasnya tertera angka Euro 50 kepada kami. Lalu
dia menjelaskan, bahwa wanita tua itu telah menelepon kantornya, yang menyatakan
bahwa ada sekelompok pria yang makan dengan hidang yang berlebih lebihdan. Dan
makanan itu pun tampak tersisa.
Suwignyo memandang wanita dan pria tua
itu. Ia saksikan memang hanya ada dua piring berisi lauk seadanya dimeja
mereka. Polisi dari sekuritas sosial itu sambil menerangkan, bahwa di
Berlin atau di hampir semua daerah di Jerman, tidak diperkenankan orang-orang
makan dengan jumlah yang banyak yg membuat mubazir, seperti yang dilihat
rombongan Suwignyo.
Pria dan wanita tua itu menggambarkan
makan orang disana,ketika, melihat ke kiri dan kanan, ternyata semua orang
makan hanya memesan yang dibutuhkan. Dan semua dihabiskan sehingga tak tersisa.
Begitulah di Jerman sebuah negara yg
matoritas beragama bukan Islam, orang-orangnya juga terbilang memiliki
kemampuan ekonomi yang mapan, apalagi negara itu adalah negeri industri yang
maju. Bukan seperti orang kita yang selalu memamerkan kekayaan atau
kehebatannya hingga seperti rombongan Suwignyo yang makannya mubazir.
Ia pun keluar dari restoran itu bersama
sahabat lainnya sembari membayar makanan pesanannya berikut denda Euro 50.
Rombongan itu terdiam dan hanya bisa menahan malu, kepada semua tamu yang
ada direstoran itu yang memandangi mereka. (semoga ini menjadikan
Pendidikan & Kisah yang sangt berharga)
***) eddy siswanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar